MAKALAH
MASYARAKAT
MELAYU JAMBI
Disusun oleh
Nama : Krisna suryanti
Nim : RSA1C314011
FAKULTAS KEGURUAN DAN
ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2014
DAFTAR
ISI
DAFTAR ISI .......................................................................................................... 3
KATA PENGANTAR ........................................................................................... 4
BAB I. PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG ............................................................................................ 5
B.
RUMUSAN MASALAH......................................................................................... 6
C. TUJUAN
PENULISAN .......................................................................................... 6
BAB II. PEMBAHASAN
1.
SEJARAH ASAL USUL MELAYU ................................................................. 7
2. KEBUDAYAAN MELAYU JAMBI.................................................................. 13
3.
PERKEMBANGAN MELAYU JAMBI............................................................. 14
4.
MATA PENCAHARIAN MASYARAKAT MELAYU JAMBI....................... 15
5. SENI DAN SASTRA MASYARAKAT MELAYU JAMBI............................... 22
6.
ADAT ISTIADAT MASYARAKAT
MELAYU JAMBI................................... 29
7.
KEHIDUPAN SOSIAL BUDAYA
MASYARAKAT MELAYU JAMBI........ 33
BAB III
PENUTUP
1.
KESIMPULAN.................................................................................................... 35
2.
SARAN................................................................................................................. 35
SUMBER REFERENSI......................................................................................... 36
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis
telah panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, sang pencipta alam semesta,
manusia, dan kehidupan beserta seperangkat aturan-Nya, karena berkat limpahan
rahmat, taufiq, hidayah serta inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas mata kuliah pendidikan kewarganegaraan
yang berjudul “MASYARAKAT MELAYU JAMBI”
Shalawat beriring salam semoga tetap tercurahkan kepada nabi
Muhammad SAW, karena berkat jasa beliaulah kita dapat menikmati dunia yang
penuh dengan ilmu pengetahuan seperti saat ini.
Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada kedua orang tua yang selalu memberikan dukungannya,dan kepada bapak Drs. Irwan, M.pd. selaku dosen pengampu yang telah membimbing kami dalam penyusunan makalah ini, dan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat sebagai bahan untuk menambah wawasan pengetahuan khususnya dalam mata kuliah pendidikan kewarganegaraan
Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada kedua orang tua yang selalu memberikan dukungannya,dan kepada bapak Drs. Irwan, M.pd. selaku dosen pengampu yang telah membimbing kami dalam penyusunan makalah ini, dan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat sebagai bahan untuk menambah wawasan pengetahuan khususnya dalam mata kuliah pendidikan kewarganegaraan
Akhirnya penulis hanya
bisa berharap, bahwa dibalik ketidak sempurnaan penulisan dan penyusunan
makalah ini adalah ditemukan sesuatu yang dapat memberikan manfaat atau bahkan
hikmah bagi penulis, pembaca, dan bagi seluruh kalangan yang membutuhkan.
Jambi , 25 Desember 2014
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Indonesia adalah salah
satu negara kepulauan yang memiliki banyak wilayah yang terbentang di
sekitarnya. Ini menyebabkan keanekaragaman suku, adat istiadat dan kebudayaan
dari setiap suku di setiap wilayahnya. Hal ini sungguh sangat menakjubakan
karena biarpun Indonesia memiliki banyak wilayah, yang berbeda suku bangsanya,
tetapi kita semua dapat hidup rukun satu sama lainnya.
Namun, sungguh sangat
disayangkan apabila para generasi penerus bangsa tidak mengetahui tentang
kebudayaan dari setiap suku yang ada. Kebanyakan dari mereka hanya mengetahui
dan cukup mengerti tentang kebudayaan dari salah satu suku yang ada di
Indonesia, itu juga karena pembahasan yang sering dibahas selalu mengambil
contoh dari suku yang itu-itu
saja.
Sejak ratusan tahun lalu
provinsi jambi dihuni oleh etnis melayu, seperti suku Kerinci, Suku Batin, suku
Bangsa Dua Belas, suku Penghulu, dan suku Anak dalam. Namun juga ada etnis
pendatang. Perjalanan sejarah yang dialami etnis melayu telah melatar belakangi
budaya melayu di Jambi.
Setiap kebudayaan itu
bersifat dinamis akan perubahan bahkan mungkin hilang sama sekali.
Penyebabnya adalah perkembangan kebudayaan, pengaruh budaya luar, kurangnya
kesadaran masyarakat, dan lemahnya jiwa kebudayaan para remaja sebagai generasi
penerus nilai-nilai kebudayaan bahkan itu mungkin dan telah terjadi di provinsi
jambi.
Dalam penulisan makalah
ini kami akan membahas tentang masyarakat melayu Jambi yang Setidaknya dapat
memberikan gambaran tentang kehidupan masyarakat melayu Jambi.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana sejarah asal usul melayu ?
2. Bagaimana kebudayaan melayu jambi ?
3. Bagaimana perkembangan masyarakat melayu jambi ?
4. apa saja mata pencaharian masyarakat melayu jambi ?
5. apa saja kesenian dan satra yang dimiliki masyarakat mealyu
jambi ?
6. bagaimana kondisi adat istiadat masyarakat melayu jambi ?
7. bagaimana kondisi sosial budaya masyarakat melayu jambi ?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui sejarah asal usul melayu
2. Untuk mengenal lebih dekat kebudayaan melayu jambi
3. Menjelaskan perkembangan masyarakat melayu jambi
4. Menjelaskan mata pencaharian masyarakat melayu jambi
5. Untuk mengetahui kesenian dan satra yang dimiliki masyarakat
mealyu jambi
6. Untuk mengetahui kondisi adat istiadat masyarakat melayu jambi
7. Untuk mengetahui kondisi sosial budaya masyarakat melayu
jambi
BAB II
PEMBAHASAN
1. Sejarah Asal Usul Melayu
Berbagai pendapat tentang etimologi kata “melayu” telah diberikan oleh para
ahli seperti:
-
Werndly,
kata “melayu” berasal
dari kata “melaju” dasar katanya laju bermakna cepat, deras
dan tangkas, dengan pengertian bahwa orang melayu bersifat tangkas dan cerdas,
segala tindak tanduk mereka cepat dan deras
- Van der Tuuk,
Berpendapat bahwa
perkataan melayu berarti penyeberang, pengertiannya bahwa orang melayu
menyeberang atau menukar agamanya dari Hindu- Budha kepada Islam
- Hollander,
Memberi makna melayu
sebagai pengembara, tegasnya bahwa orang melayu suka mengembara atau
menjelajah dari satu tempat ketempat lain.
- Harun
Aminurrashid.
Menyatakan melayu
berasal dari istilah bahasa sanskit yaitu “malaya”, atau dari perkataan Tamil
yaitu “malai” yang berarti bukit atau tanah tinggi
- Orang
Portugisnya ,
meyebutnya sebagai
“malayo”
- Omar Amir
Husin,
Kata melayu berasal dari
satu daerah dinegri persia bernama Mahaluyah. Penduduk Mahaluyah telah
mengembara ke Asia Tenggara dan menetap si Sumatera dan kepulauan sekitarnya.
Suku mahaluyah itulah yang membawa pengaruh kebudayaan Persia di daerah ini (
seperti dalam kesusastraan melayu) beliau jiga mengatakan kata melayu mungkin
berasal dari nam-nama guru-guru yang bergelar “Mulaya”, guru inilah yang
berperan menyuburkan kebudayaan melayu.
- Darus Ahmad,
Kata melayu diambil dari
sejenis pohon yang harum baunya yaitu pohon gaharu. Orang India masa silam
meyebut Semenanjung Tanah Melayu sebagai negara gaharu .
- I-Tsing
Juga telah meyebut kata
Mo-Lo-you dalam tulisannya sejak abad ke-7 masehi, istilah melayu digunakan
pada nama suku-suku yang tersebar di daerah-daerah tanah melayu dan sumatera.
Kemudian istilah melayu terkenal pada kerajaan melayu di Sumatra berjaya
menguasai kerajaan Sriwijaya pada abad ke-13 masehi.
Tentang asal usul bangsa melayu, juga banyak pendapat yang dikemukakan para
ahli seperti :
- Van Ronkel,
Berpendapat bahwa bangsa
melayu ialah orang yang bertutur bahasa melayu dan mendiami semenanjung tanah
melayu, kepulauan Riau Lingga serta beberapa daerah sumatara khususnya di
Palembang.
- Robequin,
Menyatakan alam melayu
meliputi semenanjung tanah melayu, Singapura, Indonesia, Philipina, tidak
termasuk New Guinea dan pulau-pulai , Milanesia
- Benton
William,
Menyatakan bangsa melayu
itu adalah penduduk yang mendiami Asia Tenggara dan pulau-pulau dekatnya. Nenek
moyang melayu berasal dari bangsa Austronesia Proto, Melayu Proto, Mongoloid,
Indonesia ( Malayan) suku bangsa ini berasal dari daerah Yunan di Cina Selatan
mereka mengembara ke selatan melalui lembah sungai mekong (kira-kira 2500-1500
sebelum masehi). Kemudian mereka mendiami semenanjung tanah melayu, kepulauan
Indonesia, Madagaskar dan pulau-pulau Timur.
- Hendrik Kenu
dan Von Hiene Geldren,
Menyatakan terdapat dua
kumpulan pengembara yang telah sampai ke kepulauan melayu dan yunan, kelompok
pertama disebut “melayu Proto”, kedua “ Melayu Deutro”. Kelompok melayu deutro
dan sampai keasia tenggara mereka telah menghalau orang melayo proto ke gunung
dan hutan rimba. Golongan melayu proto membentuk masyarakat dipedalaman yang
dikenal sebagai Jakun, Mah meri, Jahut, Temuan dan Biduanda, Sementara orang
melayu deutro dikatakan sebagai nenek moyang orang melayu dewasa ini.
Kesimpulannya dapat dilihat bahwa orang melayu dari segi sosial dan
budayanya yang lebih luas, meliputi penduduk yang mendiami semenanjung tanah
melayu dan gugusan pulau-pulau melayu atau nusantara, disebabkan penjajahan
yang suka memecah belah orang melayu, maka terjadilah banyak kelompok-kelompok
bangsa melayu di dunia ini.
a. Definisi masyarakat Melayu
Menurut Syed Husin Ali, orang melayu dari segi lahiriah biasanya berkulit
sawo matang, berbadab sederhana dan tegap, selaku berlemah lembut serta berbudi
bahasa, Tapi untuk menjelaskan identitas orang melayu agak sulit karena orang
melayu sering berubah dan berkembang tergantung keadaan dan kepentinganya. Dari
segi budaya, defenisi melayu meliputi penduduk kawasan yang lebih luas yaitu
gugusan pulau-pulau melayu terdiri dari Malaysia, Indonesia ,Fhilipina dan
lainnya. Tapi dari segi undang-undang perlembagaan Malaysia : fasal 160 arti
melayu adalah “ seseorang yang menganut agama islam, lazimnya bercakap bahasa
melayu, menurut adat istiadat melayu
Menurut Aris Osman defenisi orang melayu berdasarkan sosio budayanya,
seperti etnik Minangkabau, Jawa, Bugis, Banjar, Mandailing dan lainnya.
Dilihat dari segi perlembagaan Malaysia, seseorang melayu boleh siapa
saja asal menganut agama islam, berbahsa islam dan mengamalkan adeat
istiadat orang melayu. Seseorang Cina, India, dan bangsa lainnya boleh menjadi
melayu jika ia melaksanakan syarat yang ditetapkan. Oleh sebab itu bangsa
lainnya yang menganut agama islam ia dikatakan “masuk melayu”.
b. Sejarah Bangsa Melayu
Bebagai bukti menunjukkan bahwa kawasan alam melayu sudah didiami manusia
sejak zaman Pleistosen ( zaman air batu). Seeorang sarjana Belanda E.Dubois, telah
menemui fosil-fosil (tengkorak, gigi, dan tulang paha) disebuah desa pinggiran
Bengawan Solo disebut “pithecanthropus Erectus” (manusia kera) yang berjalan
tegak, dikatakan sebagai asal usul nenek moyang manusia, menurut
Koenjaraningrat, mahluk pithecanthropus termasuk Meganthropus Paleojavanicus,
yang dianggap sebagai manusia pendahulu dikawasan Asia Tenggara (2.000.000
hingga 200.000 tahun yang lalu), para ahli berpendapat, walaupun manusia tertua
ini balum dapat mencipta bahasa, tapi mereka sudah menggunakan adat-adat batu
atau kayu.
Menurut Mubin Sheppard, kesan awal orang melayu yang mendiami semenanjung
melayu berupa alat-alat dari batu dan tembikar dan telah ditemukan di gua-gua.
Pada tembikar ada ukiran yang indah yang menunjukan penilaian mereka yang
tinggi terhadap seni. Menurut beliau, orang melayu telah mendiami kawasan
Kampuchea hinga semenanjung Malaysia dan pulau-pulau selatan. Orang melayu
telah mengetahui ilmu pelayaran sejak 3000 tahun sebelum masehi. Melalui
hubungan pelayaran ini mereka dapat berhubungan dengan negeri lainnya yang
menghasilkan penemuan berbagai artefak, seperti “ 6 buah gendang gangsa”.
Gendang itu dipercayai berasal dari “DONG SON” yang terletak di Indonesia.
Menurut G. Coedes, penduduk pribumi nusantara pada zaman pra sejarah sudah
memiliki peradapan, seperti pada bidang ekonomi mereka sudah menjalankan usaha
pertanian padi, bertenak binatang, mengusai ilmu pelayaran dan penggunaa logam.
Dengan logam mereka menciptakan alat-alat pertanian seperti bajak dan kapak
yang sudah punya lobang seperti yang ditemui di Sprint Cave.
Linton, telah membuat hipotesis bahwa orang melayu pada zaman pra sejarah
sudah mempunyai sistem kepercayaan terhadap kuasa-kuasa luar biasa atau
animisme, mahluk alam gaib yang menguasai alam semesta, gejala-gejala alam,
arwah nenek moyang, kepercayaan kepada dewa agung, dewa bintang, dewa langit
dewa bumi dan sebagainya. Sementara itu G. Cordes dalam bukunya The Indianised
States of Southheast Asia. Mengatakan orang melayu bukanlah manusia primitif, Begitu
juga N.J Krom berpendapat bahwa sebagai syarat-syarat peradapan masa itu pada
wujud menuju permainan kesenian seperti wayang kulit, gamelan dan kepandaian
mencipta batik.
C. KERAJAAN MELAYU YANG TERAWAL
Sebagai suatu kelompok manusia, orang melayu tidak lepas dari konflik
sesama atau kelompok, konflik ini mengakibatkan perselisihan dan peperangan.
Konflik itu disebabkan faktor rebutan kawasan pengairan, sawah atau
perdagangan. Demi menyusun pertahanan kawasan yang luas, orang melayu
memerlukan data organisasi politik, perkembangan politik ini lahirlah
kerajaan-kerajaan melayu yang awal dialam melayu.
Catatan-catatan Cina meyebutkan kerajaan-kerajaan melayu sejak awal kurun
masehi, salah satunya adalah kerajaan Langkasuka (Lang ya Has) yang berpusat di
segenting kra dengan daerah kekuasaanya meliputi negeri Patani. Di bagian
selatan kerajaan melayu yang terkenal dengan kerajaan Sriwijaya (abad ke 7 – 13
), kerajaan Majapahit abad ke 13-14, sama dengan kerajaan Pasai, kerajaan
melayu Brunai pada abad ke 13-18, kerajaan Patani abad ke 13-18, kerajaan
Malaka abad ke 15, kerajaan Aceh abad ke 16-17 dan kerajaan Johor-Riau abad ke
16-19. Disamping itu kerajaan melayu keceil seperti Temasik,
Kelantan, Kedah, Bruas dan lainnya.
D. BAHASA
MELAYU
Melalui perantara bahasa, manusia dapat berkembang satu sama lain baik
secara lisan maupun tulisan. Dengan bahasa manusia dapat menyampaikan fikiran
dengan jelas, maka ucapannya harus mengandung makna.
Sejarah bahasa itu menerangkan asal usul kelahiran suatu bahasa dan
perkembangan penulisannya. Penulisan yang tertua dalam sejarah bahasa ialah
bahasa mesir kuno dan Cina kira-kira 5000 tahun yang lalu
Menurut ahli sejarah bahasa melayu berasal dari bahasa Austronesia (bahasa
Malay Polinesia). Rumpun bahasa-bahasa Austronesia terbagi atas kelompok besar
yaitu Nusantara (Malaysia, Indonesia, Filifina dan
Madagaskar), Melanesia ( Iran, Karolim dan Salmon) Polinesia (
Maori, Hawaii dan lainnya). Bahasa melayu termasuk dalam kelompok bahasa
nusantara. Kelompok bahasa nusantara ini terbagi pula jadi dua rumpun bahasa
yaitu bahasa Nusantara Barat seperti bahasa Malaysia, Aceh,
Melayu, Jawa, Sunda, Dayak dan Tagalog dan bahasa Nusantara Timur mengandung
bahasa Solo Roti, Sika dan lainnya.
Bangsa Indo-Melayu atau Austronesia yang datang ke alam melayu pada awalnya
memakai bahasa melayu proto ( induk bahasa melayu). Bahasa yang berasal dari
Induk yang satu mulai berkembang didalam lingkungannya. Oleh sebab itu
lahirlah Dialek dan seterusnya berkembang menjadi
bahasa-bahasa yang berlainan seperti bahasa Jawa, Dayak, Minangkabau, Batak dan
lainnya. Jika diselidiki perbendaharaan kata bahasa-bahasa tersebut
akan terdapat banyak persamaan satu sama lain yang menunjukan semua bahasa itu
berasal dari satu induk bahasa yaitu bahasa melayu proto. Kini
bahasa melayu proto telah berkembang pada sekitar 150 cabang bahasa lainnya.
Diperkirakan sejarah bahasa melayu di Jambi. Menurut catatan Cina, kerajaan
melayu Jambi tahun 644 masehi pernah mengirim satu utusan ke negri Cina, jika
kerajaan melayu sudah mempunyai hubungan diplomatik antar bangsa, sewajarnya
kerajaan melayu tua telah mempunyai kebudayaan yang tinggi dan bahasa yang
maju.
Sejak abad ke 7 masehi, kerajaan Sriwijaya sudah terkenal di Asia Tenggara
sebagai pusat ilmu pengetahuan agama Budha. I-Tsing ( orang cina yang
berkunjung ke Sriwijaya) mengatakan bahwa bahasa melayu kuno digunakan sebagai
bahasa pengajaran di pusat pengajian Budha di Sriwijaya, dalam mengajar bahasa
Sanskrit dan falsafah agama Budha. Bahasa sanskrit merupakan bahasa kitap Veda
( Hindu) dan juga bahasa kaum bangsawan.
Akibat pengaruh bahasa sanskrit, bahasa melayu kuno mengalami perubahan,
perubahan ini terjadi dengan masuknya kata-kata bahasa sanskrit kedalam bahasa
melayu kuno yang meliputi seluruh kehidupan orang melayu,
bukti adanya pengaruh ini terlihat pada batu bersurat yang ditemui
ditempat-tempat dibawah ini :
Batu bersurat Talang
Tuwo (684 T.M)
Batu besurat Telaga
Batu dan kedukan bukit- Palembang (683 T.M)
Batu bersurat Karong
Berahi, sungai Merangin di Hulu sungai Jambi dan Batu bersurat kota Kapur di
Bangka (686 T.M)
Batu bersurat
Kertanegara (1285 T.M)
Batu bersurat Pagar
Ruyong dan batu bersurat Suruaso atau Suroasa di Hulu Sungai Batang Hari (1375
T.M)
Bahasa melayu bukan bahasa yang statis, tapi dinamik, senantiasa berkembang
mengikuti arus perkembangan zaman, terutama dalam penggunaan kata-kata
pinjaman. Abad ke 13 dan 14 merupakan zaman peralihan dengan datangnya agama
islam. Pada zaman peralihan ini terdapat beberapa batu bersurat yang menun
jukan perubahan bahasa melayu, contohnya memakai kata-kata arab ( di Pagar
Ruyong 1356) ini melihatkan adanya pengaruh bahasa arab dalam bahasa melayu.
Melalui pengaruh Islam dan huruf arab dalam penulisan melayu, bahasa melayu
telah berkembang pesat dan menjadi bahasa yang kaya dengan berbagai istilah
yang dipinjam dari perbendaharaan kata Arab dan Parsi. Dengan perkembangan itu,
bahasa melayu menjadi bahasa pengantar dalam penulisan yang bercorak agama
Islam dan karya-karya sastra, bahasa melayu menjadi bahasa pengantar dalam
dakwah Islam didaerah ini. Selanjutnya bahasa melayu telah mencapai taraf
bahasa Lingua Franca atau bahasa perhubungan bagi daerah ini.
E. KEPERCAYAAN
ANIMISME
Menurut E.B. Taylor, manusia yang awal hidup di dunia menempuh pengalaman
seperti mimpi , khayalan dan peristiwa kematian. Perisitiwa-peristiwa yang
ditempuh itu menjadi tanda tanya kepada mereka, sehingga mereka berfikir dan
menyakini wujudnya roh (spirit) dalam diri manusia, dan disebut sebagai
animisme.
Animisme merupakan satu kepercayaan yang terdapat dikalangan masyarakat
yang masih dalam kehidupan sederhana. Animisme ini diciptakan oleh E.B Taylor
dari perkataan latin “anima” dan animisme berarti kepercayaan kepada
mahluk-mahluk halus (spiritual beings). Kepercayaan yang kepada mahluk halus
dan roh merupakan azas kepercayaan agama yang mula tumbuh dalam alam pemikiran
manusia primitif.
Dalam masyarakat yang sedang berkembang seperti suku bangsa melayu,
ciri-ciri animisme masih ada, terutama pada masyarakat pedalaman, walau sudah
ada gerakan modernisme dalam islam yang memerangi kepercayaan lama ini yang
dianggap sebagai khurapat dan tahyul.
F. PENGARUH HINDU DALAM PEMIKIRAN MELAYU
Sebelum agama Hindu berkembang di alam melayu, orang melayu di pengaruhi
oleh paham animisme, paham ini berbentuk kepercayaan kepada semangat, pemujaan
roh nenek moyang dan mahluk alam gaib. Kepercayaan animisme adalah kepercayaan
yang amat komplek. Kepercayaan ini mengatur tingkah laku manusia terhadap alam
sekeliling, karena mereka percaya bahwa setiap fenomena alam mengandung
kekuatan gaib atau penunggu. Pengaruh pemikiran hindu ini terdapat dalam
warisan seperti jampi-jampi dan mantera. Pemikiran hindu yang diwarisi dalam
sastra melayu banyak membicarakan alam khayalan yang didiami oleh dewa-dewa
yang diketuai oleh Batara Guru, seperti Hikayat Seri Rama yang menceritakan
watak tokoh Seri Rama sebagai jelmaan dewa pemelihara.
G. ISLAM DALAM KEBUDAYAAN MELAYU
Islam mulai tersebar di alam melayu sejak abad ke 13M. Islam bermula di
Pasai sekitar tahun 1297M dan Trenggano pada tahun 1303 M. Kedatangan Islam
kedaerah ini telah membawa perubahan yang dinamik dalam kehidupan orang melayu.
Prof Taib Osman berpendapat bahwa kedatangan Islam ke nusantara telah membawa
perubahan sehingga menjadikannya sebahagian dari dunia Islam. Perubahan itu
meliputi semua aspek kehidupan orang melayu, seperti dalam bidang bahasa,
sastra, intelektual, undang-undang, kepercayaan, politik, adat istiadat, kesenian
dan lainnya.
Setelah kedatangan Islam , bahasa Arab sebagai bahasa resmi
agama Islam mulai mengambil alih bahasa sanskrit dikalangan orang melayu, Huruf
arab digunakan untuk penulisan bahasa melayu yang disebut huruf Jawi, Huruf
baru yang berasal dari alquran telah menggantikan huruf Kawi dan Nagari.
Setelah Islam masuk, bahasa melayu mengalami perubahan yang sangat pesat
dengan meminjam kata-kata arab, sehingga bahasa melayu menjadi media ilmu
pengetahuan seperti Teologi, falsafah, etika dan lainnya. Menurut Van der
Kroef, bahasa melayu menerima pangaruh Islam dengan begitu kuat, malah melayu
tanpa Islam di ibaratkan sebagai diri tanpa nyawa. Dengan kedatangan Islam ke
alam melayu, hingga bahasa melayu mengalami proses pemoderenan dan tersebar
luas sehingga menjadikannya Lingua Franca di daerah Nusantara.
Pengenalan ilmu pengetahuan yang bercorak falsafah maka Islam
memperkenalkan pemikiran yang bercorak rasional dan intelektual dalam
masyarakat melayu. Islam juga menekankan unsur persamaan sosial, keadilan, individual,
kemuliaan dan kepribadian insani. Dengan itu Islam merobah pandangan dunia
orang melayu dari pandangan bercorak mitologi , fantasi kepada pemikiran yang
bercorak intelektual yang berazaskan ilmu falsafah Islam dan Mistik yang
rasional dan ilmiah. Dengan demikian Islam menekankan kedua aspek jasmani dan
rohani untuk membangun masyarakat melayu.
Terhadap ilmu pengetahuan, Islam di alam melayu mengembangkan tradisi
pendidikan dan pengajaran dorongan belajar berawal dari pengajaran membaca
alquran untuk tujuan ibadat, pusat pengajian permulaan berawal di mesjid atau
surau, kemudian disekolah-sekolah seperti madrasah, pondok pesantren. Bidang
ilmu yang dipelajari bahasa arab, fiqih, falsafah, teologi, logika,etika,
hadis, tafsir dan lainnya. Melalui sistem pengajian tersebut lahirlah para
cendikiawan dan ulama dalam masyarakat melayu untuk menjadi pegawai, guru dan
ahli agama, ahli fikir dan pujangga seperti Hamzah Fansuri, Nurudin Alraniri
dan lainnya.
2. KEBUDAYAAN MELAYU JAMBI
Jambi adalah salah satu suku di
Indonesia yang terletak di kepulauan Sumatra. Banyak yang tidak mengetahui
bahwa Jambi juga mempunyai banyak hal-hal menarik yang dapat dijadikan ”berita
utama”, tetapi amat disayangkan bahwa yang sering sekali di ekplorasi adalah
wilayah-wilayah tetangganya; seperti Sumatra Barat (Padang) dan Sumatra Utara
(Batak).
Provinsi Jambi yang memiliki
penghuni berlatar Melayu. Memilki kebudayaan yang sangat khas. Merupakan
pengaruhnya adalah latar belakang sejarah jambi itu sendiri. Ada berbagai unsur
kebudayaan yang dirasa perlu untuk dilestarikan. Sebagai bentuk kesadaran akan
kebudayaan yang ada pada tanah air kita, agar dapat bersaing dengan kebudayaan
luar.
Kebudayaan melayu jambi berisikan
perpaduan antara unsur budaya melayu jambi antara lain animisme dan dinamisme,
melayu buddhis dan unsur budaya melayu Islam. Namun tidak menghilangkan
ciri-ciri asli.
3. PERKEMBANGAN
MELAYU JAMBI
Jauh sebelum abad masehi etnis
melayu setelah mengembangkan suatu corak kebudayaan melayu pra sejarah di
wilayah pengunungan dan dataran tinggi. Masyarakat pendukung kebudayaan melayu
pra sejarah adalah suku Kerinci dan suku Batin. Orang kerinci di perkirakan
telah menepati caldera danau kerinci sekitar tahun 10.000 SM sampai tahun 2000
SM. Suku Kerinci dan termasuk juga suku Batin adalah suku tertua di Sumatera.
Mereka telah mengembangkan kebudayaan batu seperti kebudayaan Neolitikum.
Kepercayaan animisme, merupakan
suatu tahap perkembangan pemikiran melayu pada zaman pra-Islam. Ia merupakan
suatu corak pemikiran animisme dalam mayarakat melayu yang perlu direkodkan
sebagai suatu kenyataan sejarah tentang warisan kepercayaan melayu. Peradapan
tentang tradisi seperti sistem adat
istiadat, kesenian tradisi dipahami untuk melihat perubahan budaya yang dialami
masyarakat melayu. Perubahan masyarakat melayu dapat dilihat melalui sistem
nilai dan budaya estetika, sistem pendidikan, sistem politik dan sebagainya
merangkumi keseluruhan pribadi masyarakat melayu
Kehadiran agama buda sekitar abad 4
M telah mendorong lahir dan berkembangnya suatu corak kebudayaan buddhis.
Kebudayaan ini di identifikasikan sebagai corak kebudayaan melayu kuno.
Masyarakat pendukung kebudayaan melayu buddis yang masih ada di Jambi adalah
suku anak dalam (kubu). Namun peningalan momental kebudayaan melayu Buddishis
adalah bangunan candi-candi yang tersebar dikawasan daerah aliran sungai (DAS)
batanghari, salah satu di antaranya ialah situs candi muara Jambi. Pada masa
kebudayaan buddhis sedang mengalami kemunduran sekitar abad 11-14 M, maka
bersamaan waktunya di daerah jambi mulai berkembang suatu corak
kebudayaan islam. Kehadiran Islam diperkirakan pada abad 7 M dan sekitar abad
11M Islam mulai menyebar ke seluruh lapisan masyarakat pedalaman Jambi.
Dalam penyebaran Islam ini maka pulau berhala dipandang sebagai pulau yang
sangat penting dalam sejarah Islam di Jambi. Karena sejarah mencatat bahwa dari
pulau berhala itulah agama Islam disebarkan keseluruh pelosok daerah Jambi.
Kehadiran Islam ini membawa perubahan mendasar bagi kehidupan social/
masyarakat melayu Jambi. Agama Islam pelan-pelan tapi pasti, mulai mengeser
kebudayaan melayu buddhis sampai berkembangnya corak kebudayaan melayu Islam.
Kebudayaan daerah tidak lain adalah
kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat local sebagai
pendukungnya. Sedangkan yang dimaksud dengan kebudayaan melayu jambi adalah
kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah etnis melayu Jambi.
4.
MATA PENCAHARIAN MASYARAKAT MELAYU JAMBI
Mata pencaharian masyarakat Jambi
adalah bertani, berjualan, panen getah dan melaut Di Jambi sendiri
kebanyakan daerahnya adalah berupa hutan. Sehingga mata pencaharian mereka
didominasi oleh para petani biasanya pula mereka yang bertani berasal dari pedesaan.
Dalam hal bertani, sama seperti kota-kota lainnya yang terletak di daratan
rendah, adalah bertanam padi pada lahan kosong. Sedangkan dalam hal melaut,
mencari ikan di sungai merupakan mata pencaharian tambahan, begitu juga mencari
dalam hal mencari hasil hutan.
Usaha-usaha tambahan ini biasanya
dilakukan sambil menunggu panen atau menunggu musim tanam berikutnya. Karena di
Jambi sendiri juga dihuni oleh masyarakat keturunan TiongHua, maka di zaman
sekarang ini banyak pula warga masyarakat kaeturunan Cina di Jambi yang mencari
pendapatan melalui proses berdagang. Ada yang berdagang mas, berdagang sembako
dan adapula yang berdagang bahan-bahan material.**
Orang jambi tradisional menamai tempat mereka bertani
diantaranya adalah:
a.
Sawah
Terdapat tiga model sawah yaitu:
1.
Sawah payau
Adalah sawah yang dibuat di atas sebidang tanah yang
secara alamiah telah mendapat air dari suatu sumber air, atau tanahnya sendiri
telah mengandung air
2.
Sawah tadah hujan
Adalah sebidang tanah kering yang diolah dengan
mengunakan cangkul atau bajak yang diberi galangan atau pematang sedangkan
pengairannya sangat tergantung pada hujan
3.
Sawah irigasi
Adalah sejenis tanah yang digarap dengan sistem
irigasi, tanah ini diolah dengan cara memakai sumber air dari mata air atau
sungai.
b.
Ladang
Ada dua macam ladang yaitu:
1. Umo
renah
Adalah ladang yang cukup luas yang terbentang pada
sebidang tanah yang subur dan rata. Tanah tersebut terdapat di pingir-pingir
sungai dan dilereng-lereng bukit yang mendatar.
2. Umo
talang
Adalah ladang yang dibuat orang di dalam hutan belukar
yang letaknya jauh dari pedesaan, dan biasanya pada umo talang orang akan
membuat pondok yang biasa digunakan untuk menungu panen tiba.
Ternyata dalam mereka melakukan hal
dalam mata pencaharian ada memiliki adat istiadat yang digunakan, contoh dalam
anak undang nan dua belas terdapat ayat yang menyatakan seperti ini, “umo
berkandang siang, ternak berkandang malam”. Yang memiliki arti adalah para
petani harus menjaga sawah atau tanamannya pada siang hari, bagi yang punya
kerbau mengurung pada malam hari. Dan apabila tanaman padi petani dimakan atau
dirusak pada sinag hari maka pemilik ternak tidak dapat diminta ganti rugi,
namun bila tanamannya dirusak pada malam hari maka pemilik ternak dapat
dimintai ganti rugi.*** dalam mengolah tanah orang jambi juga mengunakan cara
yang tradisional seperti pengunaan kincir air sebagai sistem perairan, cangkul,
sabit, parang serta bajak kerbau.
Sedangkan penduduk daerah jambi
terutama yang bermukim di sepanjang bantalan sungai batanghari dan anak
sungainya agaknya memahami benar bahwa air itu adalah sumber kehidupan. Sehinga
umumnya penduduk ini bermata pencaharian sebagai nelayan oleh karena itu
dikenal perkampungan nelayan adalah perkampungan yang berada di pingir pantai
dan di pingir sungai batanghari. Oleh karena itu, hampir setiap rumah penduduk
di daerah ini memiliki alat penangkapan ikan tradisional yang dikenal dengan:
tanguk, sauk, jalo, mentaben, guntang, geruguh, lukah, serkap, jelujur, onak,
saruo, tamban, rawai, tiruk, lulung, pukat hanyut, lenggian, sangkar ikan. Yang
pada umumnya di buat sendiri dengan mengunakan bahan-bahan yang tersedia dengan
cara dan bentuk yang tradisional.
Adapun sistem pencaharian lain
masyarakat melayu jambi yaitu :
1. BERBURU
Bagi masyarakat pedesaan di daerah Jambi, Lokasi berburu biasanya ditentukan oleh luas tanah areal wilayah desa dan banyaknya penduduk dari desa itu. Bagi desa yang tidak banyak penduduknya serta wilayah desa berjarak puluhan kilo meter dengan desa tetangganya, maka lokasi berburu cukup pada wilayah desa atau dusunnya saja. Namun kalau ingin berburu di Wilayah dusun lain tidak juga dilarang. Sebaliknya bagi dusun yang letaknya berdekatan, lokasi berburu bagi warga dusun itu ialah hutan-hutan belukar yang terdapat di daerah sekitarnya serta dapat pula hutan-hutan belantara yang mereka inginkan.
Pada Prinsipnya lokasi berburu bagi warga dusun di daerah Jambi ialah hutan belukar di daerah sekitarnya dan hutan-hutan bebas, serta hutan-hutan yang lebih jauh letaknya, asal saja tidak mengganggu ketentraman dan hak milik dari warga dusun setempat.
Jika mereka ingin berburu jauh di wilayah dusun lain, cukup meminta izin secara lisan kepada pemimpin atau pemuka masyarakat dusun yang bersangkutan. Tetapi agak lain halnya dengan masyarakat suku terasing atau masyarakat kubu, lokasi berburu ditentukan oleh batas-batas wilayah kelompok induk dan luas hutan yang dikuasainya kelompok induk masyarakat terasing suku Bangsa Anak Dalam terdiri dari beberap kelompok besar yang berbentuk karena masih mempunyai hubungan darah antara satu dengan yang lain. Tiap-tiap kelompok terbagi atas beberapa kelompok kecil. Mereka biasanya berdiam di hutan rimba besar yang terpencil dari masyarakat dusun dan di daerah itu terdapat pula sungai-sungai yang agak besar berikut dengan beberapa anak-anak sungai. Kelompok-kelompok besar pada suatu kelompok induk menempati anak-anak sungai dari sungai yang agak besar. Untuk menentukan batas-batas daerah anatara kelompok besar dengan kelompok besar lainnya ditentukan oleh bukit-bukit yang terdapat pada huluanak sungai kecil yang mengalir ke sungai yang agak besar dalam wilayah kelompok besar satu dengan kelompok besar lainnya. Begitu pula halnya dengan batas-batas daerh kelompok induk satu dengan kelompok induk lainnya ditentukan oleh bukti-bukti di atas atau di hulu anak-anak sungai yang besar pada suatu daerah kelompok induk.
Jenis Binatang yang diburu. Sebagai akibat perwujudan kondisi masyarakat pedesaan di daerah Jambi yang pada umumnya beragama Islam yang fanatic maka jenis binatang yang diburu dikategorikan sebagai berikut: binatang yang diburu untuk dimakan, terdiri dari: Kancil, Pelanduk, napuh, kijang, rusa, serta bermacam-macam unggas, binatang yang diburu karena dianggap sebagi musuh tanaman, meliputi babi, kera,monyet, simpe, lutung dan lain-lain. Akan tetapi khusus bagi Suku Bangsa Anak Dalam, pada umumnya semua jenis binatang justru dijadikan sasaran guna memenuhi kebutuhan, pangan mereka, yaitu : seperti : Babi, kera, beruang, monyet ular, kelelawar, kalong, biawak, kura-kura, simpe, serta berbagai jenis unggas.
Waktu pelaksanaan. Bagi masyarakat pedesaan, berburu, binatang untuk keperluan pangan dan yang sifatnya memerlukan waktu. Serta memerlukan banyak tenaga manusia, pelaksanaannya biasanya memilih waktu senggang, misalnya waktu sesudah panen padi, atau sesudah menyelesaikan. Pekerjaan-pekerjaan berat disawah atau di ladang atau pun pada saat pohon beringin dan pohon kayu aro sedang berbuah masak.
Seringkali sesudah menanam padi, petani memasang jerat kancil atau jerat kijang di hutan-hutan dan manakala, sesudah panen padi, orang dusun beramai-ramaii menjaring rusa. Demikian pula pad waktu pohon beringin dan pohon kayu aro sedang berbuah maska, orang pergi menggetah burung di pohon-pohon itu.
Untuk berburu binatang yang dianggap sebagai mush tanaman di Ladang dan disawah, terutama ketika tanaman sudah mulai besar, para petani giat pula memasang ranjau bamboo runcing di tempat lalulintas babi masuk ke sawah atau ke ladang, atau memasang perangkap kera maupun perangkap monyet. Akan tetapi pada Suku Bangsa Anak Dalam, berburu babi menduduki tempat utama di dalam jenis maka pencaharian pokoknya. Setiap saat yang dianggap menguntungkan, perburuan selalu mereka lakukan baik secara perorangan, maupun secara berkelompok. Apabila waktu musim penghujan, mulai dini hari dengan kelengkapan senjata tombak mereka pergi mengintai babi ke luar dari sarang (jerumun) tepat secara berlawanan arah dengn harpan dapat menemukan sarang tempat tidur babi yang diintainya.
Pada waktu siang hari mereka biasanya secara berkelompok kecil dengan mempergunakan anjing serta tombak pergi mengembara sambil berburu babi dan binatang lainnya di daerah-daerah.
Jika binatang yang didapat sebagai hasil perburuan dengan memakai anjing, hasilnya juga dibagi sama rata, tetapi khusus bagi sipemilik anjing akan menerima perolehan berganda sebagai imbalan atas jasa-jasa anjing buruannya yang dimilikinya. Begitu pula keadaan yang berlaku pada masyarakat Suku Anak Dalam, dimana, pembagian atau membunuh binatang buruan itu
Bagi masyarakat pedesaan di daerah Jambi, Lokasi berburu biasanya ditentukan oleh luas tanah areal wilayah desa dan banyaknya penduduk dari desa itu. Bagi desa yang tidak banyak penduduknya serta wilayah desa berjarak puluhan kilo meter dengan desa tetangganya, maka lokasi berburu cukup pada wilayah desa atau dusunnya saja. Namun kalau ingin berburu di Wilayah dusun lain tidak juga dilarang. Sebaliknya bagi dusun yang letaknya berdekatan, lokasi berburu bagi warga dusun itu ialah hutan-hutan belukar yang terdapat di daerah sekitarnya serta dapat pula hutan-hutan belantara yang mereka inginkan.
Pada Prinsipnya lokasi berburu bagi warga dusun di daerah Jambi ialah hutan belukar di daerah sekitarnya dan hutan-hutan bebas, serta hutan-hutan yang lebih jauh letaknya, asal saja tidak mengganggu ketentraman dan hak milik dari warga dusun setempat.
Jika mereka ingin berburu jauh di wilayah dusun lain, cukup meminta izin secara lisan kepada pemimpin atau pemuka masyarakat dusun yang bersangkutan. Tetapi agak lain halnya dengan masyarakat suku terasing atau masyarakat kubu, lokasi berburu ditentukan oleh batas-batas wilayah kelompok induk dan luas hutan yang dikuasainya kelompok induk masyarakat terasing suku Bangsa Anak Dalam terdiri dari beberap kelompok besar yang berbentuk karena masih mempunyai hubungan darah antara satu dengan yang lain. Tiap-tiap kelompok terbagi atas beberapa kelompok kecil. Mereka biasanya berdiam di hutan rimba besar yang terpencil dari masyarakat dusun dan di daerah itu terdapat pula sungai-sungai yang agak besar berikut dengan beberapa anak-anak sungai. Kelompok-kelompok besar pada suatu kelompok induk menempati anak-anak sungai dari sungai yang agak besar. Untuk menentukan batas-batas daerah anatara kelompok besar dengan kelompok besar lainnya ditentukan oleh bukit-bukit yang terdapat pada huluanak sungai kecil yang mengalir ke sungai yang agak besar dalam wilayah kelompok besar satu dengan kelompok besar lainnya. Begitu pula halnya dengan batas-batas daerh kelompok induk satu dengan kelompok induk lainnya ditentukan oleh bukti-bukti di atas atau di hulu anak-anak sungai yang besar pada suatu daerah kelompok induk.
Jenis Binatang yang diburu. Sebagai akibat perwujudan kondisi masyarakat pedesaan di daerah Jambi yang pada umumnya beragama Islam yang fanatic maka jenis binatang yang diburu dikategorikan sebagai berikut: binatang yang diburu untuk dimakan, terdiri dari: Kancil, Pelanduk, napuh, kijang, rusa, serta bermacam-macam unggas, binatang yang diburu karena dianggap sebagi musuh tanaman, meliputi babi, kera,monyet, simpe, lutung dan lain-lain. Akan tetapi khusus bagi Suku Bangsa Anak Dalam, pada umumnya semua jenis binatang justru dijadikan sasaran guna memenuhi kebutuhan, pangan mereka, yaitu : seperti : Babi, kera, beruang, monyet ular, kelelawar, kalong, biawak, kura-kura, simpe, serta berbagai jenis unggas.
Waktu pelaksanaan. Bagi masyarakat pedesaan, berburu, binatang untuk keperluan pangan dan yang sifatnya memerlukan waktu. Serta memerlukan banyak tenaga manusia, pelaksanaannya biasanya memilih waktu senggang, misalnya waktu sesudah panen padi, atau sesudah menyelesaikan. Pekerjaan-pekerjaan berat disawah atau di ladang atau pun pada saat pohon beringin dan pohon kayu aro sedang berbuah masak.
Seringkali sesudah menanam padi, petani memasang jerat kancil atau jerat kijang di hutan-hutan dan manakala, sesudah panen padi, orang dusun beramai-ramaii menjaring rusa. Demikian pula pad waktu pohon beringin dan pohon kayu aro sedang berbuah maska, orang pergi menggetah burung di pohon-pohon itu.
Untuk berburu binatang yang dianggap sebagai mush tanaman di Ladang dan disawah, terutama ketika tanaman sudah mulai besar, para petani giat pula memasang ranjau bamboo runcing di tempat lalulintas babi masuk ke sawah atau ke ladang, atau memasang perangkap kera maupun perangkap monyet. Akan tetapi pada Suku Bangsa Anak Dalam, berburu babi menduduki tempat utama di dalam jenis maka pencaharian pokoknya. Setiap saat yang dianggap menguntungkan, perburuan selalu mereka lakukan baik secara perorangan, maupun secara berkelompok. Apabila waktu musim penghujan, mulai dini hari dengan kelengkapan senjata tombak mereka pergi mengintai babi ke luar dari sarang (jerumun) tepat secara berlawanan arah dengn harpan dapat menemukan sarang tempat tidur babi yang diintainya.
Pada waktu siang hari mereka biasanya secara berkelompok kecil dengan mempergunakan anjing serta tombak pergi mengembara sambil berburu babi dan binatang lainnya di daerah-daerah.
Jika binatang yang didapat sebagai hasil perburuan dengan memakai anjing, hasilnya juga dibagi sama rata, tetapi khusus bagi sipemilik anjing akan menerima perolehan berganda sebagai imbalan atas jasa-jasa anjing buruannya yang dimilikinya. Begitu pula keadaan yang berlaku pada masyarakat Suku Anak Dalam, dimana, pembagian atau membunuh binatang buruan itu
2. MERAMU
Sebahagian besar dari pertahanan di dalam daerah Jambi ditumbuhi oleh hutan-hutan lebat. Di daerah dataran tinggi di sebelah barat mengalir puluhan sungai-sungai menuju ke dataran rendah di sebelah timur, seperti sungai Tembesi, Sungai Merangin, Sungai Tabir, Sungai Senamat, Sungai Tebo dan lain-lain. Kesemuanya itu mengalir pada sungai yang paling besar dan terpanjng di sumatera ialah Sungai Batang Hari yang berhulu di Danau di atas Sumatera Barat dan muara di Selat Berhala. Penduduk yang mendiami daerah-daerah itu sebahagian besar mengenal pekrjaan meramu yakni pengumpulan terhadap tumbuh-tumbuhan dan akar-akaran bagi keperluan hidupnya, dan bagi Suku Bangsa Anak Dalam sebagi suku bangsa berburu sudah tentu mengkaitkan pekerjaan meramu sebagai kombinasi dari mata pencaharian pokoknya. Uraian beriktu ini akan diketengahkan beberapa masalah yang menyangkut aspek pekerjaan meramu.
Lokasi. Daerah ideal yang dijadikan lokasi meramu bagi penduduk pedesaan, ialah termasuk di hutan-hutan yang termasuk, dalam kawasan dusunnya atau dalam kawasan kelompok induk.
Apabila meramu dilaksanakan di hutan-hutan bebas di luar kawasan suatu desa atau di daerah hutan di luar sekolah induk, sejauh hutan itu masih berdampingan dengan hutan yang termasuk ke dalam sesuatu kawasan, maka daerah itu, merupakan daerah bebas meramu bagi seluruh warganya. Jika meramu ke daerah hutan atau hutan bebas yang menjadi daerah kelompok lain, pada umumnya jarang sekali dilakukan orang, karena di samping letaknya jauh, juga mereka merasa malu apabila diketahui oleh warga kelompok induk lainnya.
Jenis-jenis Ramuan. Adapun jenis tumbuh-tumbuhan yang mereka ramu sangat tergantung pada keadaan daerah yang dipilih sebagai tempat meramu, misalnya pada daerah semak-semak dan belukar di sepanjang sungai dan lambah banyak terdapat tumbuh-tumbuhan seperti: pakis, rebung, bamboo, langgoi, gadung, enau, rumbia dan lain-lain.
Di daerah hutan banyak terdapat berbagai jenis buah-buahan, seperti: jering, petai, cempedak, rambai, muaneh, arang paro, dan lain-lain. Di daerah hutan semacam itu ada kalanya juga orang melakukan peraturan terhadap madu lebah yang terdapat pada pohon-pohon kayu tertentu. Bagi suku Anak Dalam pekerjaan meramu serentak dilakukan pada waktu berburu, dimana mere3ka menjumpai getah jerenang, (getah pohon jerenang), getah balam (getah pohon balam), kemenyan, dammar, rotan dan lain-lain yang kesemuanya itu dikumpulkan untuk kemudian ditukar dengan bahan pangan kepada pedagang-pedagang di dusun-dusun.
Tenaga-tenaga pelaksana. Tenaga-tenaga pelaksana dalam meramu pada umumnya kaum laki-laki dan kaum wanita serta kadang-kadang juga mengikut sertakan anak-anak yang sudah besar. Penentuan tenaga pelaksana terhadap suatu pekerjaan meramu, agaknya tergantung pula pada berat atau ringannya pekerjaan itu, misalnya saja: meramu sayur-sayuran seperti: pakis, rebung bamboo, langgoi, yang biasanya dilakukan oleh kaum wanita atau anak-anak. Hasil ramuan diolah menjadi lauk-pauk; menyadap enau biasanya dilakukan oleh kaum laki-laki dewasa, tetapi apabila ramuan laki-laki dewasa, tetapi apabila ramuan sampai di rumah, maka pengolahan selanjutnya dibantu oleh istri dan anak-anak yang sudah besar; mengambil sagu rumbai, menebang dan membelah pohon adalah menjadi tugas kaum laki-laki, tetapi menumbuk dan menapis sampai menjadi sagu biasanya dilakukan oleh kaum wanita dan anak-anak.
Begitu pula dalam hal memanjat dan mengambil buah-buahan di dalam hutan dilakukan oleh kaum laki-laki, sedangkan tugas mengumpulkan dan membawa pulang hasil yang didapat dilaksanakan oleh semua anggota yang ikut di dalam peramuan itu. Di lain pihak untuk memanjat serta mengambil buah jernah dilakukan oleh kaum laki-laki yang sekaligus membawanya pulang.
3. PERIKANAN
Lokasi perikanan darat. Seperti telah disinggung pada uraian terdahulu bahwa di daerah Jambi banyak terdapat sungai-sungai di antaranya terdiri dari sungai-sungai besar serta di berbagai daerah banyak pula terdapat danau-danau. Ada pula sungai-sungai yang menjadi lokasi perikanan darat adalah sungai Tembesi, sungai Merangin, Sungai Mesumai, Sungai Tantan, Sungai Senamat, Sungai Tabir, Sungai Senamat, Sungai Batang hari. Di samping itu danau-danau yang menjadi lokasi perikanan darat, meliputi danau kerinci, danau pelepur, danau lubuk patin, danau Teluk, danau Mudung, dan lain sebagainya. Sungai-sungai dan danau-danau itulah yang merupakan lokasi perikanan darat.
Tenaga pelaksana oleh karena waktu untuk mengusahakan penangkapan ikan tidak dapat ditentukan secara pasti disebabkan situasi dan tempat yang tidak tetap dan selalau berubah-ubah, kadang-kadang mencari ikan dilaksanakan orang pada waktu air banjir dimana keadaan arus sungai sangat deras. Dalam pada itu ada pula tanda-tanda yang menunjukkan waktu-waktu tertentu yang apabila orang pergi menangkap ikan akan mudah dan banyak mendapat hasilnya. Oleh karena itu tenaga pelaksana dalam mencari dan menangkap ikan pada umumnya dikerjakan oleh kaum laki-laki. Jika pekerjaan menangkap ikan itu dikerjakan oleh kaum wanita, hal itu berarti tergolong pada pekerjaan yang ringan serta tidak banyak mengandung resiko. Pekerjaan menangkap ikan dikerjakan oleh kaum laki-laki. Jika pekerjaan menangkap ikan itu dikerjakan oleh kaum wanita, hal itu berarti tergolong pada pekerjaan yang ringan serta tidak banyak mengandung resiko. Pekerjaan menangkap ikan ada yang dilakukan secara perorangan, berkelompok dan bahkan kadang-kadang sampai melibatkan seluruh warga masyarakat dari suatu pedesaan. Adapun alat-alat penangkapan ikan, secara tradisional antara lain dikenal dengan sebutan:
a. Taiman dan Sukam,
b. Tuba akar dan balut Nubo
c. Ambat
d. Tangkul
e. Kecubung
f. Jalo
g. Kacar
h. Nangguk
i. Langgean
j. Tajur
k. Cemetik
l. Takalak
m. Lukah
n. Rawe
o. Tangguk
p. Gaugoh
q. Seruwo
r. Tembilah
s. Paril
t. Nyerampang
Bentuk dan kegunaan alat-alat penangkap ikan itu tidak sama serta tidak mesti dikenal semuanya oleh penduduk daerah Jambi. Mungkin saja ada alat perikanan yang dipergunakan oleh suatu daerah, tetapi tidak beguna bagi daerah lain, atau mungking jgua alat perikanan tertentu yang ada di suatu desa, tetapi di daerah lain tidak dijumpai sama sekali.
Sebahagian besar dari pertahanan di dalam daerah Jambi ditumbuhi oleh hutan-hutan lebat. Di daerah dataran tinggi di sebelah barat mengalir puluhan sungai-sungai menuju ke dataran rendah di sebelah timur, seperti sungai Tembesi, Sungai Merangin, Sungai Tabir, Sungai Senamat, Sungai Tebo dan lain-lain. Kesemuanya itu mengalir pada sungai yang paling besar dan terpanjng di sumatera ialah Sungai Batang Hari yang berhulu di Danau di atas Sumatera Barat dan muara di Selat Berhala. Penduduk yang mendiami daerah-daerah itu sebahagian besar mengenal pekrjaan meramu yakni pengumpulan terhadap tumbuh-tumbuhan dan akar-akaran bagi keperluan hidupnya, dan bagi Suku Bangsa Anak Dalam sebagi suku bangsa berburu sudah tentu mengkaitkan pekerjaan meramu sebagai kombinasi dari mata pencaharian pokoknya. Uraian beriktu ini akan diketengahkan beberapa masalah yang menyangkut aspek pekerjaan meramu.
Lokasi. Daerah ideal yang dijadikan lokasi meramu bagi penduduk pedesaan, ialah termasuk di hutan-hutan yang termasuk, dalam kawasan dusunnya atau dalam kawasan kelompok induk.
Apabila meramu dilaksanakan di hutan-hutan bebas di luar kawasan suatu desa atau di daerah hutan di luar sekolah induk, sejauh hutan itu masih berdampingan dengan hutan yang termasuk ke dalam sesuatu kawasan, maka daerah itu, merupakan daerah bebas meramu bagi seluruh warganya. Jika meramu ke daerah hutan atau hutan bebas yang menjadi daerah kelompok lain, pada umumnya jarang sekali dilakukan orang, karena di samping letaknya jauh, juga mereka merasa malu apabila diketahui oleh warga kelompok induk lainnya.
Jenis-jenis Ramuan. Adapun jenis tumbuh-tumbuhan yang mereka ramu sangat tergantung pada keadaan daerah yang dipilih sebagai tempat meramu, misalnya pada daerah semak-semak dan belukar di sepanjang sungai dan lambah banyak terdapat tumbuh-tumbuhan seperti: pakis, rebung, bamboo, langgoi, gadung, enau, rumbia dan lain-lain.
Di daerah hutan banyak terdapat berbagai jenis buah-buahan, seperti: jering, petai, cempedak, rambai, muaneh, arang paro, dan lain-lain. Di daerah hutan semacam itu ada kalanya juga orang melakukan peraturan terhadap madu lebah yang terdapat pada pohon-pohon kayu tertentu. Bagi suku Anak Dalam pekerjaan meramu serentak dilakukan pada waktu berburu, dimana mere3ka menjumpai getah jerenang, (getah pohon jerenang), getah balam (getah pohon balam), kemenyan, dammar, rotan dan lain-lain yang kesemuanya itu dikumpulkan untuk kemudian ditukar dengan bahan pangan kepada pedagang-pedagang di dusun-dusun.
Tenaga-tenaga pelaksana. Tenaga-tenaga pelaksana dalam meramu pada umumnya kaum laki-laki dan kaum wanita serta kadang-kadang juga mengikut sertakan anak-anak yang sudah besar. Penentuan tenaga pelaksana terhadap suatu pekerjaan meramu, agaknya tergantung pula pada berat atau ringannya pekerjaan itu, misalnya saja: meramu sayur-sayuran seperti: pakis, rebung bamboo, langgoi, yang biasanya dilakukan oleh kaum wanita atau anak-anak. Hasil ramuan diolah menjadi lauk-pauk; menyadap enau biasanya dilakukan oleh kaum laki-laki dewasa, tetapi apabila ramuan laki-laki dewasa, tetapi apabila ramuan sampai di rumah, maka pengolahan selanjutnya dibantu oleh istri dan anak-anak yang sudah besar; mengambil sagu rumbai, menebang dan membelah pohon adalah menjadi tugas kaum laki-laki, tetapi menumbuk dan menapis sampai menjadi sagu biasanya dilakukan oleh kaum wanita dan anak-anak.
Begitu pula dalam hal memanjat dan mengambil buah-buahan di dalam hutan dilakukan oleh kaum laki-laki, sedangkan tugas mengumpulkan dan membawa pulang hasil yang didapat dilaksanakan oleh semua anggota yang ikut di dalam peramuan itu. Di lain pihak untuk memanjat serta mengambil buah jernah dilakukan oleh kaum laki-laki yang sekaligus membawanya pulang.
3. PERIKANAN
Lokasi perikanan darat. Seperti telah disinggung pada uraian terdahulu bahwa di daerah Jambi banyak terdapat sungai-sungai di antaranya terdiri dari sungai-sungai besar serta di berbagai daerah banyak pula terdapat danau-danau. Ada pula sungai-sungai yang menjadi lokasi perikanan darat adalah sungai Tembesi, sungai Merangin, Sungai Mesumai, Sungai Tantan, Sungai Senamat, Sungai Tabir, Sungai Senamat, Sungai Batang hari. Di samping itu danau-danau yang menjadi lokasi perikanan darat, meliputi danau kerinci, danau pelepur, danau lubuk patin, danau Teluk, danau Mudung, dan lain sebagainya. Sungai-sungai dan danau-danau itulah yang merupakan lokasi perikanan darat.
Tenaga pelaksana oleh karena waktu untuk mengusahakan penangkapan ikan tidak dapat ditentukan secara pasti disebabkan situasi dan tempat yang tidak tetap dan selalau berubah-ubah, kadang-kadang mencari ikan dilaksanakan orang pada waktu air banjir dimana keadaan arus sungai sangat deras. Dalam pada itu ada pula tanda-tanda yang menunjukkan waktu-waktu tertentu yang apabila orang pergi menangkap ikan akan mudah dan banyak mendapat hasilnya. Oleh karena itu tenaga pelaksana dalam mencari dan menangkap ikan pada umumnya dikerjakan oleh kaum laki-laki. Jika pekerjaan menangkap ikan itu dikerjakan oleh kaum wanita, hal itu berarti tergolong pada pekerjaan yang ringan serta tidak banyak mengandung resiko. Pekerjaan menangkap ikan dikerjakan oleh kaum laki-laki. Jika pekerjaan menangkap ikan itu dikerjakan oleh kaum wanita, hal itu berarti tergolong pada pekerjaan yang ringan serta tidak banyak mengandung resiko. Pekerjaan menangkap ikan ada yang dilakukan secara perorangan, berkelompok dan bahkan kadang-kadang sampai melibatkan seluruh warga masyarakat dari suatu pedesaan. Adapun alat-alat penangkapan ikan, secara tradisional antara lain dikenal dengan sebutan:
a. Taiman dan Sukam,
b. Tuba akar dan balut Nubo
c. Ambat
d. Tangkul
e. Kecubung
f. Jalo
g. Kacar
h. Nangguk
i. Langgean
j. Tajur
k. Cemetik
l. Takalak
m. Lukah
n. Rawe
o. Tangguk
p. Gaugoh
q. Seruwo
r. Tembilah
s. Paril
t. Nyerampang
Bentuk dan kegunaan alat-alat penangkap ikan itu tidak sama serta tidak mesti dikenal semuanya oleh penduduk daerah Jambi. Mungkin saja ada alat perikanan yang dipergunakan oleh suatu daerah, tetapi tidak beguna bagi daerah lain, atau mungking jgua alat perikanan tertentu yang ada di suatu desa, tetapi di daerah lain tidak dijumpai sama sekali.
5. SENI DAN SASTRA
MASYARAKAT MELAYU JAMBI
1. kerajinan
Provinsi Jambi sangat kaya akan
kerajinan daerah, salah satu bentuk kerajinan daerahnya adalah:
a. Anyaman
anyaman yang berkembang dalam bentuk
aneka ragam. Kerajinan anyaman di buat dari daun pandan, daun rasau, rumput
laut, batang rumput resam, rotan, daun kelapa, daun nipah, dan daun rumbia.
Hasil anyaman ini bermacam–macam, mulai dari bakul, sumpit, ambung,
katang–katang, tikar, kajang, atap, ketupat, tudung saji, tudung kepala dan
alat penangkap ikan yang disebut Sempirai, Pangilo, lukah dan sebagainya.
b. Tenun dan batik motif flora
Tenun dntenun yang sangat terkenal,
yaitu tenunan dan batik motif flora. Batik biasa kita tau kebanyakan berasal
dari pulau Jawa. Namun sesungguhnya seni batik itu tak hanya berada di pulau
Jawa saja, beberapa daerah di Sumatera pun juga memiliki seni batik tersendiri.
Ini terbukti banyaknya hasil batik yang di hasilkan dari Jambi, baik buatan
pabrik maupun produksi rumah tangga. Produk batik dapat berkembang hingga
sampai pada suatu tingkatan yang membanggakan baik desain maupun prosesnya.
Begitu pula dengan batik yang ada tumbuh dan berkembang di daerah Jambi.
Pada zaman dahulu batik Jambi hanya
dipakai sebagai pakaian adat bagi kaum bangsawan/raja Melayu Jambi. Hal ini
berawal pada tahun 1875, Haji Muhibat beserta keluarga datang dari Jawa Tengah
untuk menetap di Jambi dan memperkenalkan pengolahan batik. Motif batik yang
diterapkan pada waktu itu berupa motif – motif ragam hias seperti terlihat pada
ukiran rumah adat Jambi dan pada pakaian pengantin, motif ini masih dalam
jumlah yang terbatas. Penggunaan motif batik Jambi, pada dasarnya sejak dahulu
tidak dikaitkan dengan pembagian kasta menurut adat, namun sebagai produk yang
masih eksklusif pemakaiannya dan masih terbatas di lingkungan istana.
Dengan berkembangnya waktu, motif
yang dipakai oleh para raja dan keluarganya saat ini tidak dilarang digunakan
oleh rakyat biasa. Keadaan ini menambah pesatnya permintaan akan kain batik
sehingga berkembanglah industri kecil rumah tangga yang mengelola batik secara
sederhana.
c.
Ukir kayu betung
Merupakan kerajinan ukir kayu yang
terdapat di Desa Betung. Kabupaten Batanghari. Para pengrajin memanfaatkan
produk kayu hutan yang banyak terdapat di Jambi. Jenis kayu yang banyak dipakai
sebagai bahan baku adalah rengas, meranti dan jelutung. Sebagian besar
produknya untuk perabot rumah tangga seperti meja, kursi dan tempat tidur.
2. kesenian
mengenai seni dapat di bagi kedalam:
mengenai seni dapat di bagi kedalam:
a. seni tari
Seni tari daerah Jambi cukup banyak
ragam serta coraknya, dimana pada tiap-tiap daerah mempunyai ciri sesuai dengan
keadaan daerah serta suku dalam kelompok masyarakat adat yang bersangkutan.
Dari sekian banyak corak dan ragamnya seni tari daerah Jambi, namun sudah
banyak pula yang hampir tidak dikenal bahkan dilupakan oleh lingkungan
masyarakat yang bersangkutan. Beberapa seni tari yang dikenal di Provinsi
Jambi, yaitu:
a)
Kota Jambi
Tari
Sekapur Sirih
tari ini digunakan untuk menyambut
tamu yang dihormati sebagai ungkapan rasa putih hati dalam menyambut tamu, dan
ditarikan oleh penari remaja putri
- Tari Dana Sarah
Tari ini berasal dari pelayangan,
yang sudah dimodifikasi yang berasal dari Seberang Kota Jambi. Tari ini
digunkan sebagai sarana dalam penyebaran agama islam, yang ditarikan oleh
penari putra dan putri.
Tari
Serengkuh Dayung
Tari ni penciptanya tidak diketahui,
namun telah ditata ulang oleh Aini Rozak pada tahun 1990. tarian ini
menggambarkan tentang perasaan searah setujuan, kebersamaan di dalam segala
sesuatunya, dan ditarikan hanya oleh penari putri.
b) Kabupaten Batang Hari dan
Kabupaten Muaro Jambi
Tari
Piring Jambi
Tari ini berasal dari Muara Tembesi
yang diciptakan oleh Abdul Manan, kemudian ditata ulang oleh OK Hendri pada
tahun 1970. Tarian ini menggambarkan kelincahan muda mudi dalam memainkan
piring dan ditarikan oleh penari putra dan putri.
Tari
Baselang
Pencipta tarian ini tidak dikenal,
kemudian ditata ulang oleh Darwan Asri Tahun 1977. Tarian ini menceritakan
tentang semangat kegotongroyongan masyarakat desa dan ditarikan oleh penari
putra dan putri.
c) Kabupaten
Tanjung Jabung Barat & Kabupaten Tanjung Jabung Timur
Tari
Inai
Penciptanya tidak dikenal, kemudian
ditata ulang oleh M.Arsyad dan Zainuddin pada tahun 1992. tarian ini untuk
menghibur mempelai wanita yang sedang memasang inai dimalam hari, sebelum duduk
dipelaminan, dan tarian ini ditarikan oleh remaja putra dan putri.
Tari
Sumbun
Pencipta tarian ini tidak dkenal,
kemudian ditata ulang pada tahun 1989 oleh Rukiah Effendi. Tarian ini
menggambarkan para nelayan yang sedang mencari sumbun ditepian pantai dengan
lincahnya, ia memasukkan obat dalam sumbun. Tarian ini ditarikan hanya oleh
penari putri.
Tari
Japin Rantau
Tari ini diciptakan oleh Darwan Asri
dan ditata ulang tahun 1986 oleh Darwan Asri. Tarian ini menggambarkan
prikehidupan masyarakat dipesisir pantai, dan ditarikan oleh remaja putri.
d) Kabupaten Bungo & Kabupaten
Tebo
Tari
Putri Teluk Kembang
Pencipta tarian ini tidak dikenal,
dan tarian ini menggambatkan tentang keakraban kehidupan masyarakat , dan
ditarikan oleh penari putri.
Tari
Cucu Ungko
Pencipta tarian ini tidak dikenal,
dan tarian ini menggambarkan tentang usaha masyarakat dalam menangkap binatang
yang digemarinya. Tarian ini ditarikan oleh penari putra dan putri.
Tari
Tauh
Pencipta tari ini tidak dikenal,
tarian ini menggambarkan tentang kegembiraan muda mudi, dan ditarikan oleh
penari putra dan putri.
e) Kabupaten Sarolangun &
Kabupaten Bangko
Tari
Kisan
Penciptanya tidak dikenal dan ditata
ulang oleh Daswar Edi pada tahun 1980 dan Darwan Asri tahun 1983. tarian ini
menggambarkan kegiatan masyarakat dalam mengolah padi menjadi beras, dan tarian
ini dibawakan oleh penari remaja putri.
Tari
Kromong
Pencipta tarian ini tidak dikenal,
dan tarian ini menceritakan bagaimana wanita berhias, dan dibawakan oleh penari
putri
Tari
Mengatur Berentak
Pencipta tarian ini tidak dikenal,
dan kemudian ditata ulang oleh Zakaria pada tahun 1970. Tarian ini
menggambarkan kegotongroyongan dalam menggarap sawah dan dibawakan oleh penari
putri.
f) Kabupaten Kerinci
Tari
Mandi Taman
Penciptanya tidak dikenal dan ditata
ulang oelh Baharudin BY pada tahun 1979. Tarian ini menggambarkan rasa syukur
ketika membawa anak turun mandi, yang dibawakan oleh penari putri.
Tari
Rangguk
Penciptanya tidak dikenal, ditata
ulang oleh Iskandar Zakaria tahun 1977. Tarian ini biasa ditarikan untuk
menyambut tamu yang datang berkunjung, dan dibawakan oleh penari putri.
Tari
Rangguk Ayak
Pencipta tari ini tidak dikenal dan
kemudian ditata ulang oleh Don Alwizar. Tari ini menggambarkan kegembiraan
sehabis panen dan ditarikan oleh penari putri)
tari
rentak kudo
tari ini sangat populer di
masyarakat Kerinci. Tari Rentak Kudo adalah tarian kesenian khas budaya
asli masyarakat Kerinci yang
berasal dari daerah Hamparan
Rawang Kabupaten
Kerinci, Jambi yang
banyak diminati kalangan masyarakat di Kabupaten Kerinci.
Tarian ini dikenal sebagai "Rentak Kudo"
karena gerakannya yang menghentak-hentak seperti kuda. Tarian ini ditarikan di dalam perayaan yang dianggap
sangat Latar belakang
Tarian ini ditarikan di dalam perayaan yang dianggap
sangat sakral oleh masyarakat Kerinci. Tingginya penghormatan terhadap perayaan
seni dan budaya Kerinci ini pada zaman dahulu sangat kuat sehingga dipercaya
bahwa dalam setiap pementasan seni budaya ini getaran dan hentakan tari Rantak
Kudo bisa terasa hingga jarak yang sangat jauh dari lokasi pementasan. Tarian
ini dipersembahkan untuk merayakan hasil panen pertanian di daerah Kerinci yang
secara umum adalah beras (padi) dan dilangsungkan berhari-hari tanpa henti.
Kadang bila dilanda musim kemarau yang panjang, masyarakat Kerinci juga akan
mementaskan kesenian ini untuk berdoa kepada Yang Maha Kuasa (menurut
kepercayaan mereka masing-masing). Tujuan dari pementasan tari ini umumnya
adalah untuk melestarikan pertanian dan kemakmuran masyarakat, untuk
menunjukkan rasa syukur masyarakat Kerinci baik dalam musim subur maupun dalam
musim kemarau untuk memohon berkah hujan sakral oleh masyarakat Kerinci.
Tingginya penghormatan terhadap perayaan seni dan budaya Kerinci ini pada zaman
dahulu sangat kuat sehingga dipercaya bahwa dalam setiap pementasan seni budaya
ini getaran dan hentakan tari Rantak Kudo bisa terasa hingga jarak yang sangat
jauh dari lokasi pementasan.
Namun pada saat sekarang tari rantak kudo sudah umum
dipakai, bahkan acara/ resepsi pernikahan pun tari rantak kudo ini sering digunakan
di kalangan masyarakat untuk suatu hiburan di suatu pernikahan.
3. seni musik dan teater
1) kelintang
kayu
merupakan alat musik pukul khas
Provinsi Jambi yang terbuat dari kayu. Dalam memainkannya beriringan dengan
alat musik talempong, gendang dan akordion. Pada zaman jayanya alat musik ini
dimainkan untuk kalangan bangsawan. Dalam pertunjukannya didendangkan syair
lagu-lagu betuah dan tarian khas Jambi.
2)
Hadrah
Merupakan jenis kesenian jambi yang
bernuansa islami, kesenian ini mengunakan terbang atau rebana sebagai alat
musiknya. Alat-alat tersebut ditabuh dan disertai nyanyian dalam bahasa Arab,
hadrah sering digunakan untuk mengiringi pengantin pria, menyambut tamu dan
acara-acara agama islam.
3)
Dul muluk
Merupakan seni teater yang
berkembang di kota Jambi dan Batanghari. Kesenian ini sudah jarang ditampilkan.
Sumber cerita berasal dari sahibul hikayat, satu kekhasan dari pertunjukan ini
adalah pada bagian tengah pangung ditempatkan satu meja.
Para pelakon beradegan setelah
pelakon berdialog atau bernyanyi, mereka memukul meja dengan mengunakan
sebatang tongkat seiring irama musik. Pada bagian tertentu ada tarian yang
mengikutsertakan penonton sehinga membuat suasana semakin meriah.
4)
Krinok
Adalah pepatah petitih yang isinya
berupa pantun nasehat,agama, kasih sayang kepahlawanan dan lain-lain. Dibawakan
oleh seseorang dengan cara bersenandung, sedangkan musiknya pada awalnya hanya
mengunakan vocal yang dilakukan oleh si pengkrinok (orang yang bersenandung).
Oleh masyarakat petani ladang/petani sawah yang umumnya berdomisili di daerah
dataran rendah,kesenian rakyat (musik krinok) ini biasanya dilakukan setelah
mereka usai menjalankan aktivitas pertaniannya. Dimaksudkan untuk mengatasi
kejenuhan, pelepas lelah atau sebagai pelipur lara. Disamping itu sering juga
dilaksanakan pada saat menunggu hasil panen, sambil menjaga tanaman mereka dari
serangan burung, tikus, babi, dan lain-lain. Bila sudah tiba saatnya panen
biasanya pada malam harinya mereka mengadakan pertemuan di suatu tempat yang
telah ditentukan untuk melangsungkan acara krinok-an. Acara ini akan dihadiri
oleh ibu-ibu dengan membawa anak gadisnya, juga dihadiri oleh sejumlah
anak-anak bujang, selama acara berlangsung, bujang/gadis saling melempar
pantun. Pantun-pantun tersebut diungkapkan secara bersenandung yang disebut
krinok. Tradisi semacam ini sampai sekarang masih dilakukan oleh masyakat
setempat, seperti yang penuh diamati di Dusun Rantau Pandan yang jaraknya lebih
kurang 40 km dari pusat kota Muoro Bungo.
4. Seni Sastra
Salah satu seni sastra yang
berkembang di Jambi yaitu sastra Lisan Kerinci. Seni ini berkembang dalam
budaya masyarakat kerinci. Bentuk-bentuknya antara lain puisi, pantun, prosa,
prossa liris dan kunaung-kunaung adalah merupakan perpaduan cerita lagu dan
ekspresi penceritanya. Pada umumnya cerita berisi nasihat, pendidikan moral,
petuah, kisah-kisah rakyat dan pelipur lara.
5. Bahasa Dialek, Dan Tulisan.
Gambaran Umum Tentang Bahasa. Secara histories Jambi termasuk kelompok pemakai asli bahasa Melayu. Hal ini dapat dihilat dari hasil penelitian kepurbakalaan dan sejarah, telah diketemukan piagam-piagam atau prasasti-prasasti yang diketemukan seperti prasasti karang birahi menggunakan pola struktur bahasa melayu yang lazim disebut Melayu Kuno.
Bahasa Jambi dalam arti kata bahasa-bahasa yang ada di Jambi, selain bahasa Indonesia, pada dasarnya juga berasal dari bahasa Melayu yang telah mengalami perkembangan-perkembangan dan perubahan-perubahan sesuai dengan pengaruh yang diterimanya dari bahasa-bahasa lain. Di lain pihak bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional juga berasal dari bahasa Melayu yang telah pula mengalami proses perkembangan dan perubahan sebab akibat dari masuknya anasir-anasir bahasa lain.
Dengan demikian bahasa Jambi dan Bahasa Indonesia mempunyai dasar yang sama, iallah bahasa Melayu. Oleh karena itu tidaklah banyak perbedaan antara bahasa Jambi dengan bahasa Indonesia. Adapun perbedaan yang tampak jelas antara bahsa Jambi dengan bahasa Indonesia, pada umumnya merupakan pertukaran dan perbedaan bunyi yang manifestasinya tampak pada keragaman dialek yang ada dalam bahasa daerah Jambi.
Adapun bahasa yang dipergunakan sehari-hari di Propinsi Jambi dapat dikemukakan sebagai berikut:
a. Dalam Kabupaten Kerinci, dipergunakan bahasa Kerinci.
b. Dalam Kabupaten Batanghari dipergunakan bahasa Melayu Jambi.
c. Dalam Kabupaten Tanjung Jabung dipergunakan bahasa melayu Jambi, bahasa Bugis, dan bahasa Bajau.
d. Dalam Kabupaten Sarolangun Bangko dipergunakan bahasa Melayu Jambi.
e. Dalam Kabupaten Bungo Tebo dipergunkan bahasa Melayu Jambi.
f. Dalam Kotamadys Jambi dipergunakan bahasa Melayu Jambi, Bahasa Minangkabau dan Bahasa Palembang.
Dialek-dialek yang ada suatu aspek pemakain bahasa oleh setiap kelompok persukuan dalam sautu daerah, seringkali menunjukkan adanya perbedaan yang besar secara horizontal. Dalam bahasa Jawa misalnya, jelas ada perbedaa-perbedaan antara bahasa Jawa yang diucapkan di Purwokerto, dan Tegal, dan Kebumen, di Surakarta atau Surabaya. Begitu pula dengan bahasa Jambi yang diucapkan di Lingkungan daerah Kerinci berbeda dengan bahasa Jambi diucapkan di daerah Suku Anak Dalam (Kubu), atau di Lingkungan daerah Melayu Jambi dan sebagainya. Bahasa yang berbeda secara horizontal itulah yang kita sebut dengan istilah dialek.
Dialek-dialek yang dikenal di daerah Jambi dapat dikategorikan ke dalam beberapa macam, yaitu: dialek Suku Anak Dalam, dialek Melayu Jambi, dialek Kerinci, dialek orang Batin, dialek Suku Pindah, Dialek orang-orang Penghulu, dan dialek Bajau.
Suku Anak Dalam, dalam berbahasa, Melayu Tua, mereka mengenal dan paseh menggunakan bunyi sengau atau ucapan ke pangkal lidah dan hidung.
Contoh: Rumah =ghumah
Parang =Paghang
Kemari =Kemaii (diucapkan agak Paniang)
Dalam pembicaraan sehari-hari pada umumnya ucapan huruf dalam suatu kata atau perkataan berubah, misalnya huruf kedua (a) berubah menjadi (e)dan huruf terakhir kedua dari akhir (a) berubah menjadi (0).
Gambaran Umum Tentang Bahasa. Secara histories Jambi termasuk kelompok pemakai asli bahasa Melayu. Hal ini dapat dihilat dari hasil penelitian kepurbakalaan dan sejarah, telah diketemukan piagam-piagam atau prasasti-prasasti yang diketemukan seperti prasasti karang birahi menggunakan pola struktur bahasa melayu yang lazim disebut Melayu Kuno.
Bahasa Jambi dalam arti kata bahasa-bahasa yang ada di Jambi, selain bahasa Indonesia, pada dasarnya juga berasal dari bahasa Melayu yang telah mengalami perkembangan-perkembangan dan perubahan-perubahan sesuai dengan pengaruh yang diterimanya dari bahasa-bahasa lain. Di lain pihak bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional juga berasal dari bahasa Melayu yang telah pula mengalami proses perkembangan dan perubahan sebab akibat dari masuknya anasir-anasir bahasa lain.
Dengan demikian bahasa Jambi dan Bahasa Indonesia mempunyai dasar yang sama, iallah bahasa Melayu. Oleh karena itu tidaklah banyak perbedaan antara bahasa Jambi dengan bahasa Indonesia. Adapun perbedaan yang tampak jelas antara bahsa Jambi dengan bahasa Indonesia, pada umumnya merupakan pertukaran dan perbedaan bunyi yang manifestasinya tampak pada keragaman dialek yang ada dalam bahasa daerah Jambi.
Adapun bahasa yang dipergunakan sehari-hari di Propinsi Jambi dapat dikemukakan sebagai berikut:
a. Dalam Kabupaten Kerinci, dipergunakan bahasa Kerinci.
b. Dalam Kabupaten Batanghari dipergunakan bahasa Melayu Jambi.
c. Dalam Kabupaten Tanjung Jabung dipergunakan bahasa melayu Jambi, bahasa Bugis, dan bahasa Bajau.
d. Dalam Kabupaten Sarolangun Bangko dipergunakan bahasa Melayu Jambi.
e. Dalam Kabupaten Bungo Tebo dipergunkan bahasa Melayu Jambi.
f. Dalam Kotamadys Jambi dipergunakan bahasa Melayu Jambi, Bahasa Minangkabau dan Bahasa Palembang.
Dialek-dialek yang ada suatu aspek pemakain bahasa oleh setiap kelompok persukuan dalam sautu daerah, seringkali menunjukkan adanya perbedaan yang besar secara horizontal. Dalam bahasa Jawa misalnya, jelas ada perbedaa-perbedaan antara bahasa Jawa yang diucapkan di Purwokerto, dan Tegal, dan Kebumen, di Surakarta atau Surabaya. Begitu pula dengan bahasa Jambi yang diucapkan di Lingkungan daerah Kerinci berbeda dengan bahasa Jambi diucapkan di daerah Suku Anak Dalam (Kubu), atau di Lingkungan daerah Melayu Jambi dan sebagainya. Bahasa yang berbeda secara horizontal itulah yang kita sebut dengan istilah dialek.
Dialek-dialek yang dikenal di daerah Jambi dapat dikategorikan ke dalam beberapa macam, yaitu: dialek Suku Anak Dalam, dialek Melayu Jambi, dialek Kerinci, dialek orang Batin, dialek Suku Pindah, Dialek orang-orang Penghulu, dan dialek Bajau.
Suku Anak Dalam, dalam berbahasa, Melayu Tua, mereka mengenal dan paseh menggunakan bunyi sengau atau ucapan ke pangkal lidah dan hidung.
Contoh: Rumah =ghumah
Parang =Paghang
Kemari =Kemaii (diucapkan agak Paniang)
Dalam pembicaraan sehari-hari pada umumnya ucapan huruf dalam suatu kata atau perkataan berubah, misalnya huruf kedua (a) berubah menjadi (e)dan huruf terakhir kedua dari akhir (a) berubah menjadi (0).
6. ADAT
ISTIADAT MASYARAKAT MELAYU JAMBI
1. Undang-undang Adat Jambi.
1. Undang-undang Adat Jambi.
Undang-undang adat Jambi, memuat
aturan-aturan hukum adat istiadat masyarakat Jambi, khusus mengatur mengenai
ketentuan hukum pidana adapt ( Adat delicten recht). Istilah ini tidak dikenal
oleh kalangan masyarakat adat. masyarakat terhadap perbuatan yang bertentangan
dengan hukum adapt. Ada dua bentuk kesalahan atau sumbang, yaitu kesalahan
kecil atau sumbang kecil dan kesalahan besar atau sumbang besar.
Disebut kesalahan kecil atau sumbang kecil apabila perbuatan tersebut hanya mengakibatkan kerugian terhadap seseorang atau beberapa orang (keluarga atau kerabat), kesalahan besar atau sumbang besar apabila perbuatan itu merupakan kejahatan yang mengakibatkan kerugian dan mengganggu keseimbangan masyarakat adat secara keseluruhan.
Aturan-aturan hukum pidana adat tersebut sudah dikenal oleh masyarakat adat sejak dari nenek moyang sebelum agresi Belanda masuk ke Indonesia.
Disebut kesalahan kecil atau sumbang kecil apabila perbuatan tersebut hanya mengakibatkan kerugian terhadap seseorang atau beberapa orang (keluarga atau kerabat), kesalahan besar atau sumbang besar apabila perbuatan itu merupakan kejahatan yang mengakibatkan kerugian dan mengganggu keseimbangan masyarakat adat secara keseluruhan.
Aturan-aturan hukum pidana adat tersebut sudah dikenal oleh masyarakat adat sejak dari nenek moyang sebelum agresi Belanda masuk ke Indonesia.
Jenis-jenis aturan hukum adat, oleh masyarakt Jambi dikenal dengan undang nan dua puluh. Akan tetapi secara sistematika dibagi menjadi dua bagian yaitu, “Pucuk undang nan delapan,” dan “Anak undang nan duabelas”. Namun baik pucuk undang nan delapan maupun anak undang nan duabelas, keduanya mengatur bentuk kejahatan (hukum publik) dan tata tertib masyarakat yang berkaitan dengan ekonomi (hukum privat/sipil).
Sistematika dan rumusan normalnya dari undang-undang nan duabelas tersebut adalah sebagai berikut:
1. Pucuk Undang nan Delapan terdiri dari:
1) Dago-dagi
Maksudnya adalah segala bentuk perbuatan yang melanggar kepentingan bersama/umum sehingga menimbulkan kekacauan dalam negeri.
2) Sumbang-salah
Maksudnya adalah melakukan perbuatan yang menurut pendapat umum dipandang sebagai perbuatan yang tercela karena tidak layak.
3) Samun-Sakai
Maksudnya adalah mengambil harta orang lain dengan paksa disertai penganiayaan dan pngrusakan.
4) Upas-Racun
Maksudnya adalah melakukan pembunuhan dengan menggunakan ramuan yang disebut racun, akibatnya orang yang terkena racun menderit sakit yang lama sebelum meninggal, sedangkan yang terkena upas biasanya mati seketika.
5) Siur Bakar.
Maksudnya adalah perbuatan dengan sengaja membakar kampung, rumah, kebun atau ladang pertanian.
6) Tipu-tepok
Maksudnya adalah tindakan orang yang untuk memperoleh suatu barang atau suatu keadaan yang menguntungkan dirinya dengan cara tipu daya dan bujuk rayu atau keadaan palsu.
7) Maling-Curi
Maksudnya adalah mengambil barang kepunyaan orang lain dengan maksud hendak memiliki tanpa setahu pemiliknya baik pada waktu malam maupun siang hari.
8) Tikam-bunuh.
Maksudnya adalah melakukan kekerasan terhadap orang lain dengan menggunakan senjata tajam atau alat lainnya sehingga berakibat kematian.
2. Anak Undang Nan Duabelas, terdiri dari:
1) Lebam-Balu diTepung Tawar.
Maksudnya adalah orang yang menyakiti fisik/badan orang lain berkewajiban mengobatinya sampai sembuh dan baik kembali sampai hilang bekasnya.
2) Luka-lekih dipampas
Maksudnya adalah barang siapa yang melukai badan/fisik orang lain dihukum membayar pampas yang dapat dibedakan atas 3 kategori, yaitu
a. Luka Rendah: Pampasannya seekor ayam, segantang beras dan kelapa setali ( dua buah);
b. Luka Tinggi: Pampasannya seekor kambing dan 20 gantang beras.
c. Luka Parah: pampasannya dihitung selengan separoh bangun.
3) Mati di Bangun
Maksudnya adalah barang siapa membunuh orang lain dihukum membayar bangun berupa 1 ekor kerbau, 100 gantang beras dan 1 kayu putih ( 30 Yard)
4) Samun
Maksudnya adalah merampas barang milik orang lain dengan paksa, dilakukan dipinggir hutan atau tempat terkecil.
5) Salah makan diludah.
Salah bawak dikembalikan
Salah pakai diluruskan,
Maksudnya adalah siapa yang telah berbuat sesuatu yang akibatnya menimbulkan kerugian ia wajib menggantikannya atau membayar senilai kerugian yanbg ditumbulkan oleh perbuatannya.
6) Hutang kecil dilunasi.
Hutang Besar diangsur.
Maksudnya adalah apabila seseorang berhutang maka ia wajib melunasinya, kalau jumlah hutangnya kecil dilunasi sekaligus, kalau jumlahnya besar boleh diangsur.
7) Golok Gadai Timbang Lalu
Maksudnya adalah harta atau sesuatu barang yang diserahkan kepada orang lain sebagai jaminan hutang, akan pindah pemiliknya apabila sudah lewat waktu yang dijanjikan.
8) Tegak Mengintai Lenggang,
Duduk menanti kelam,
Tegak berdua bergandeng dua,
Salah bujang dengan gadis kawin.
Maksudnya adalah pergaulan anatar orang bujang dengan seorang gadis yang diduga kuat telah melanggar adapt dan memberi malu kampung tanap sisik siang harus dikawinkan.
9) Memekik Mengentam tanah,
Menggulung lengan baju,
Menyingsinkan kaki celana.
Maksudnya adalah menantang orang untuk berkelahi, kalau yang ditantang itu orang biasa hukumannya seekor ayam, 1 gantang beras dan setali kelapa (2buah). Jika yang ditantang berkelahi itu lebih tinggi kedudukannya, maka dihukum 1 ekor kambing, 20 gantang beras dan kelapa 20 buah.
10) Menempuh nan Bersamo,
Mengungkai nan bererbo,
Maksudnya adalah memasuki suatu tempat atau memanjat yang ada tanda larangannya berupa pagar atau tanda khusus. Perbuatan ini dihukum dengan seekor ayam, 1 gantang beras dan kelapa setali (2buah)
11) Meminang di atas Pinang,
Menawar diatas tawar.
Maksudnya adalah apabila seseorang gadis sudah dipinang dan sudah jelas pinangannya itu diterima, maka status si gadis tunangan orang itu tidak boleh dipinang lagi oleh orang lain. pelanggaran ketentuan ini dihukum 1 ekor kambing dan 20 gantang beras.
12) Umo Bekandang siang
Ternak bekandang malam
Maksudnya adalah para petani harus menjaga umo (sawah) atau tanamannya harus mengurungkan pada malam hari. Apabila tanaman petani dimakan atau dirusak hewan ternak pada waktu siang hari maka pemilik ternak tidak dapat dituntut mengganti kerugian, tetapi apabila terjadinya pada malam hari pemilik ternak harus membayar ganti rugi senilai tanaman yang dimakan atau dirusak oleh ternaknya.
7. KEHIDUPAN SOSIAL BUDAYA
MASYARAKAT MELAYU JAMBI
Kehidupan masyarakat Jambi dari segi sosial budaya berpedoman kepada Adat Bersendikan Syarak dan Syarak Bersendikan Kitabullah.
Masyarakat Jambi adalah masyarakat yang heterogen, namun berpedoman kepada pepatah adapt, dimana tembilang tercacak disitu tanaman tumbuh, dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung dan dimana larasnya dipancung disitu airnya diminum, serta tidak membawa cupak dengan gentang.
Struktur pemerintahan Jambi dahulunya terbagi atas, Daerah Bangsa Nan Dua Belas, Daerah Batin, Luhak dan Kampung jadi Alam nan Berajo, Negeri nan Bebatin, Rantau nan Bejenang Luhak nan Berpenghulu, Kampung nan Betuo dan Rumah anan Betenganai.
Dalah kehidupan sehari-hari masyarakat Jambi terkenal dengan kegotong-royongan dan keterbukaannya, yang dirumuskan dlaam pepatah, berat samo dipikul ringan samo dijinjing. segala pekerjaan yang dikenakan bersam ataupun hal-hal yang menyangkut kepentingan bersama selalu dimusyawarahkan terlebih dahulu dan dimufakatkan sebagaimana yang diutarakan dalam pepatah bulat air dipembuluh bulat kato dimufakatkan, kalau bulatlah boleh digolekkan kalau pipih lah boleh dilayangkan.
1. POLA PERKAMPUNGAN
Perkataan kampung kalau dilihat dari arti katanya, berarti “Kumpul” dengan demikian kata perkampungan berarti perkumpulan. Berkampung sama dengan berkumpul.
Dalam propinsi Jambi, nama kampung sebagai tempat kediaman penduduk, kita dapati di Kotamadya Jambi. Sedangkan di Kabupaten Sarolangun Bangko, Kabupaten Tebo dan Kabupaten Kerinci Masyarakat lebih senang menggunakan nama dusun dari pada kampung. dalam Kabupaten Tenjung Jabung sebagai ganti kampung dipergunakan pula istilah parit.
Dusun dikepalai oleh Kepala Dusun yang disebut Penghulu, dipilih dari penduduk dusun itu yang dipandang cakap. Parit, dikepalai oleh seorang Kepala Parit dan kampung dikepalai oleh seorang Kepala. Kampung yang dipilih dari penduduk dan oleh penduduk setempat. dalam melaksanakan tugasnya. Kepala Kampung, Kepala Parit, dan /atau penghulu itu dibantu oleh Mangku yang menjalankan fungsi wakil kepala kampung dan Sekretaris Kepala Kampung.
Kampung yang juga disebut dusun atau parit itu, pada hakekatnya adlah merupkan bagian dari marga. marga istilah kesatuanmasyarakt hukum adapt yang berdasarkan tempt tinggal, dengan menggabungkan beberapa buah dusun, dan merupakan wilayah persekutuan hukum adapt. sesuai dengan Inlandsche Gemente Ordonantie Buiten gewester, marga dapat dipersamakan dengan Desa di Jawa, Nagari di Minankabau, Kuria di Tapanuli dan Gelarong di Sulawesi Selatan, yakni suatu kesatuan hukum dalam masyarakat yang didasarkan pada kesatuan territorial.
Marga dikepalai oleh seorang Pasirah yang dipilih dari penduduk dusun didalam lingkungan marga tersebut. Pasirah Kepal Marga bertugas menjalankan pemerintahan Marga sebagi kepal Adat di marga karenanya menyelesaikan perkara-perkara adapt. di Kabupaten Kerinci dikenal pula Kemendapoan yang dikepalai worang Mendapo. Kemendapoan adalah setingkat dengan Marga pasirah kepala Marga dalam menjalankan tugas pekerjaannya dibantu oleh Rio.Dalam, keadaan sekarang, camat dengan Kecamatannya merupakan apart pemerintah diatas Marga.
Kehidupan masyarakat Jambi dari segi sosial budaya berpedoman kepada Adat Bersendikan Syarak dan Syarak Bersendikan Kitabullah.
Masyarakat Jambi adalah masyarakat yang heterogen, namun berpedoman kepada pepatah adapt, dimana tembilang tercacak disitu tanaman tumbuh, dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung dan dimana larasnya dipancung disitu airnya diminum, serta tidak membawa cupak dengan gentang.
Struktur pemerintahan Jambi dahulunya terbagi atas, Daerah Bangsa Nan Dua Belas, Daerah Batin, Luhak dan Kampung jadi Alam nan Berajo, Negeri nan Bebatin, Rantau nan Bejenang Luhak nan Berpenghulu, Kampung nan Betuo dan Rumah anan Betenganai.
Dalah kehidupan sehari-hari masyarakat Jambi terkenal dengan kegotong-royongan dan keterbukaannya, yang dirumuskan dlaam pepatah, berat samo dipikul ringan samo dijinjing. segala pekerjaan yang dikenakan bersam ataupun hal-hal yang menyangkut kepentingan bersama selalu dimusyawarahkan terlebih dahulu dan dimufakatkan sebagaimana yang diutarakan dalam pepatah bulat air dipembuluh bulat kato dimufakatkan, kalau bulatlah boleh digolekkan kalau pipih lah boleh dilayangkan.
1. POLA PERKAMPUNGAN
Perkataan kampung kalau dilihat dari arti katanya, berarti “Kumpul” dengan demikian kata perkampungan berarti perkumpulan. Berkampung sama dengan berkumpul.
Dalam propinsi Jambi, nama kampung sebagai tempat kediaman penduduk, kita dapati di Kotamadya Jambi. Sedangkan di Kabupaten Sarolangun Bangko, Kabupaten Tebo dan Kabupaten Kerinci Masyarakat lebih senang menggunakan nama dusun dari pada kampung. dalam Kabupaten Tenjung Jabung sebagai ganti kampung dipergunakan pula istilah parit.
Dusun dikepalai oleh Kepala Dusun yang disebut Penghulu, dipilih dari penduduk dusun itu yang dipandang cakap. Parit, dikepalai oleh seorang Kepala Parit dan kampung dikepalai oleh seorang Kepala. Kampung yang dipilih dari penduduk dan oleh penduduk setempat. dalam melaksanakan tugasnya. Kepala Kampung, Kepala Parit, dan /atau penghulu itu dibantu oleh Mangku yang menjalankan fungsi wakil kepala kampung dan Sekretaris Kepala Kampung.
Kampung yang juga disebut dusun atau parit itu, pada hakekatnya adlah merupkan bagian dari marga. marga istilah kesatuanmasyarakt hukum adapt yang berdasarkan tempt tinggal, dengan menggabungkan beberapa buah dusun, dan merupakan wilayah persekutuan hukum adapt. sesuai dengan Inlandsche Gemente Ordonantie Buiten gewester, marga dapat dipersamakan dengan Desa di Jawa, Nagari di Minankabau, Kuria di Tapanuli dan Gelarong di Sulawesi Selatan, yakni suatu kesatuan hukum dalam masyarakat yang didasarkan pada kesatuan territorial.
Marga dikepalai oleh seorang Pasirah yang dipilih dari penduduk dusun didalam lingkungan marga tersebut. Pasirah Kepal Marga bertugas menjalankan pemerintahan Marga sebagi kepal Adat di marga karenanya menyelesaikan perkara-perkara adapt. di Kabupaten Kerinci dikenal pula Kemendapoan yang dikepalai worang Mendapo. Kemendapoan adalah setingkat dengan Marga pasirah kepala Marga dalam menjalankan tugas pekerjaannya dibantu oleh Rio.Dalam, keadaan sekarang, camat dengan Kecamatannya merupakan apart pemerintah diatas Marga.
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Jambi adalah salah satu
suku di Indonesia yang terletak di kepulauan Sumatra. Banyak yang tidak
mengetahui bahwa Jambi juga mempunyai banyak hal-hal menarik yang dapat
dijadikan ”berita utama”, tetapi amat disayangkan bahwa yang sering sekali di
ekplorasi adalah wilayah-wilayah tetangganya; seperti Sumatra Barat (Padang)
dan Sumatra Utara (Batak).
Provinsi Jambi yang
memiliki penghuni berlatar Melayu. Memilki kebudayaan yang sangat khas.
Merupakan pengaruhnya adalah latar belakang sejarah jambi itu sendiri. Ada
berbagai unsur kebudayaan yang dirasa perlu untuk dilestarikan. Sebagai bentuk
kesadaran akan kebudayaan yang ada pada tanah air kita, agar dapat bersaing
dengan kebudayaan luar.
Kebudayaan melayu jambi
berisikan perpaduan antara unsur budaya melayu jambi antara lain animisme dan
dinamisme, melayu buddhis dan unsur budaya melayu Islam. Namun tidak
menghilangkan ciri-ciri asli.
2. SARAN
Adapun saran yang dapat
pemakalah berikan adalah kita sebagai masyarakat melayu Jambi bagaimana cara
untuk melestarikan atau memperkenalkan budaya Jambi itu sendiri, bahwa
banyaknya terdapat unsur-unsur kebudayaan itu sendiri yang sangat menarik dan
bisa untuk dijadikan berita utama.
Baiklah, sebagai penutup
tentu masih banyak terdapat kekurangan dalam makalah ini, untuk itu kami merasa
perlunya kritik dan saran yang membangun untuk koreksi makalah ini, karena
sesuatu itu terdapat kekurangan.
SUMBER REFERENSI
1. Fachruddin
Saudagar.2003. Potensi Budaya Melayu Jambi.Jambi: Dinas Kelautan dan
Perikanan Provinsi Jambi.
2. Somad, Kemas Arsyad. 2003 Mengenal Adat Jambi Dalan Perspektif
Modern.Jambi:provinsi jambi.
3.
Hamid,Ismail. 1991. MASYARAKAT DAN BUDAYA MELAYU,Dewan
Bahasa dan Pustaka Kementrian Pendidikan Malaysia-Kuala Lumpur.
Saya telah berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan pinjaman Suzan yang meminjamkan uang tanpa membayar lebih dulu.
BalasHapusNama saya Amisha, saya ingin menggunakan media ini untuk memperingatkan orang-orang yang mencari pinjaman internet di Asia dan di seluruh dunia untuk berhati-hati, karena mereka menipu dan meminjamkan pinjaman palsu di internet.
Saya ingin membagikan kesaksian saya tentang bagaimana seorang teman membawa saya ke pemberi pinjaman asli, setelah itu saya scammed oleh beberapa kreditor di internet. Saya hampir kehilangan harapan sampai saya bertemu kreditur terpercaya ini bernama perusahaan Suzan investment. Perusahaan suzan meminjamkan pinjaman tanpa jaminan sebesar 600 juta rupiah (Rp600.000.000) dalam waktu kurang dari 48 jam tanpa tekanan.
Saya sangat terkejut dan senang menerima pinjaman saya. Saya berjanji bahwa saya akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi jika Anda memerlukan pinjaman, hubungi mereka melalui email: (Suzaninvestment@gmail.com) Anda tidak akan kecewa mendapatkan pinjaman jika memenuhi persyaratan.
Anda juga bisa menghubungi saya: (Ammisha1213@gmail.com) jika Anda memerlukan bantuan atau informasi lebih lanjut