BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Belajar ataupun bekerja pada bidang yang diminati
terlebih lagi didukung dengan bakat serta talenta yang sesuai ,akan membawa
gairah dan memberi kenikmatan dalam mempelajari atau menjalaninya. Sayangnya sering kali remaja memilih suatu jurusan
atau bidang studi karena terbawa dan ikut teman-temannya,atau memilih bidang
yang lebih popular,tanpa sempat mencerna terlebih dahulu dan memahami bidang yang
akan dipelajari,menjadi apa setelah selesai sekolah ataupun lebih jauh lagi
mengenali bidang pekerjaan seperti apa yang bias digelutinya sesuai dengan
latar belakang pendidikannya tersebut.
Mengembangkan minat dan bakat
bertujuan agar seseorang belajar atau dikemudian hari bisa bekerja dibidang
yang diminatinya dan sesuai minat dan bakat yang dimilikinya sehingga mereka
bisa mengembangkan kapabilitas untuk belajar serta bekerja secara optimal
dengan penuh antusias.
Bakat adalah bawaan, given
from God, dan bakat adalah sesuatu yang dilatih. Sebelum memahami beberapa
definisi dan pendekatan bakat yang juga diungkapkan beberapa ahli, ada baiknya
kita yakini satu hal: yakin dan percayalah bahwa setiap insan di muka bumi ini
telah memiliki bakat berupa anugerah cuma-cuma dari Sang Maha Kuasa. Beberapa
istilah kerap dipakai ketika berbicara bakat secara spesifik, antara lain
aptitude, talent/talenta, intelligence/inteligensi/kecerdasan,
gifted/giftedness, dan sebagainya.
Pada dasarnya istilah-istilah
tersebut membawa makna bakat yang berkembang sesuai kebutuhan dan kepentingan.
Namun sama-sama mengandung unsure bakat bawaan dan latihan. Misalnya yang
dikemukakan Renzulli (1981), bakat merupakan gabungan dari tiga unsur esensial
yang sama pentingnya dalam menentukan keberbakatan seseorang, yakni kecerdasan
kreatifitas dan tanggung jawab.
Kecerdasan, beserta
aspek-aspeknya dapat diukur dengan tes psikologi, termasuk kemampuan
intelektual umum dan taraf inteligensi. Aspek-aspek kemampuan intelektual,
antara lain mencakup logika abstrak, kemampuan verbal, pengertian sosial,
kemampuan numeriak, kemampuan dasar teknik dan daya ingat memori.
Setiap anak memiliki kebiasaan dan
sikap yang berbeda-beda satu sama lainnya hal ini sesuai dengan faktor
keluarga, lingkungan dan masyarakat.
1.2 Rumusan
Masalah
a.
Pengertian
perkembangan sikap dan bakat khusus
b.
Menguraikan
Permasalahan-permasalahan yang dihadapi pada perkembangan sikap dan bakat
khusus
c.
Menjelaskan solusi
dari permaslahan yang dihadapi pada perkembangan sikap dan bakat khusus
1.3 Manfaat Penulisan
Diharapkan
dengan mengetahui sikap dan bakat khusus secara mendalam maka, individu yang
memiliki sikap dan bakat khusus akan mampu berprestasi secara optimal baik
didalam keluarga, lingkungan, maupun di sekolah. Dengan memberikan dukungan
secara maksimal kepada individu untuk mengembangkan bakat khusus tersebut serta bersikap yangs sesuai dengan norma-norma yang
berlaku.
BAB
II
ISI
2.1 Perkembangan Bakat Khusus
2.1.1
Pengertian Bakat Khusus
Bakat (aptitude) mengandung makna kemampuan bawaan
yang merupakan potensi ( potential ability ) yang masih perlu pengembangan dan
latihan lebih lanjut. Karena sifatnya yang masih potensial atau masih laten,
bakat memerlukan ikhtiar pengembangan dan pelatihan secara serius dan
sistematis agar dapat terwujud ( Utami
Munandar 1992 ) .
Bakat berbeda dengan kemampuan (ability) yang
mengandung makna sebagai daya untuk melakukan sesuatu, sebagai hasil pembawaan
dan latihan. Bakat juga berbada dengan kapasitas (capacity) dengan sinonimnya,
yaitu kemampuan yang dapat dikembangkan di masa yang akan datang apabila
latihan dilakukan secara optimal ( Conny
Semiawan 1987 ).
Bakat umum apabila kemampuan
yang berupa potensi tersebut bersifat umum. Misalnya bakat intelektual secara
umum, sedangkan bakat khusus apabila kemampuan bersifat khusus. Misalnya bakat
akademik, social, dan seni kinestetik. Bakat khusus biasanya disebut talent
sedangkan bakat umum (intelektual) biasanya disebut gifted. Bakat adalah tingkat kemampuan yang tinggi yang
berhasil dicapai seseorang dalam keterampilan tertentu, demikian menurut (Tedjasaputra, 2003).
Bingham mendifinisikan
bakat sebagai “An optitude …as a condition or set characteristics regarded as
symptomatic of an individua’s ability to acquire with training some (usually
specified) knowledge, skill, or set of responses such as the ability to speak a
language, to produce music etc. bingham menitikberatkan pada kondisi atau
seperangkat sifat yang dianggap sebagai tanda kemampuan individu untuk menerima
latihan atau seperangkat respons seperti berbahasa, musik dan sebagainya.
Sedangkan Guilford (Sumandi S., 1991 : 169) mengemukakan
bahwa bakat itu mencangkup tiga dimensi psikologis, yaitu :
a. Dimensi perseptual (kemampuan
persepsi, yang mencangkup : kepekaan pengindraan; perhatian; orientasi terhadap
waktu; luasnya daerah persepsi; kecepataan persepsi, dan sebagainya).
b. Dimensi psikomotor (mencangkup enam
factor, yaitu : kekuatan; implus; kecepatan gerak; ketelitian kecepatan statis
yang menitikberatkan pada posisi; ketelitian ketepatan dinamis yang
menitikberatka pada gerakan; koordinasi; dan keluwesan).
c. Dimensi intelektual meliputi
lima faktor, yaitu :
1.
Faktor ingatan, yang mencangkup :
substansi, relasi dan sistem
2.
Faktor ingatan, mengenai perkenalan
terhadap : keseluruhan informasi; golongan; hubungan-hubungan; bentuk; dan
kesimpulan
3.
Faktor evaluatif, yang meliputi : identitas;
relasi-relasi; sistem; dan problem yang dihadapi
4.
Faktor berfikir konvergensi, yang
meliputi : nama-nama; hubungan-hubungan; sistem-sistem; trasformasi; dan
implikasi-implikasi yang unik
5.
Faktor berfikir divergen meliputi :
menghasilkan unit-unit.
Bakat adalah mencakup segala faktor yang ada pada
individu sejak awal pertama dari kehidupannya, yang kemudian menumbuhkan
perkembangan keahlian, kecakapan dan keterampilan
khusus tertentu.bakat bersifat laten potensial (dalam arti dapat
mekar berkembang) sepanjang hidup manusia dan dapat di aktifkan
potensinya.potensi-potensi yang terpendam dan masih tetap itu dapat dibuat
aktif (Kartini kartono ,1979).
Bakat sebagai “benih dari suatu sifat ,yang baru akan
nampak nyata,jika mendapat kesempatan atau kemungkinan untuk
berkembang”(Suganda purbakawatja,1982).
Berdasarkan pendapat
para ahli tersebut dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
a.
Bakat merupakan
kemampuan bawaan,sebagai potensi yang masih perlu dikembangkan dan dilatih agar
dapat terwujud.
b.
Bakat tidaklah
diturunkan semata,tetapi merupakan interaksi dari faktor keturunan dan faktor
lingkungan,artinya dibawa sejak lahir berupa potensi dan berkembang melalui
proses belajar,dan memiliki ciri khusus.
c.
Orang yang berbakat
dalam bidang tertentu diperkirakan akan mampu mencapai prestasi tinggi dalam
bidang itu.jadi prestasi sebagai perwujudan bakat dan kemampuan.
d.
Bakat mencakup
ciri-ciri lain yang dapat memberi kondisi atau suasana memungkinkan bakat
tersebut terealisasi,termasuk inteligensi,kepribadian,interes,dan keterampilan
khusus.”bakat adalah suatu kapasitas untuk belajar sesuatu” arti kapasitas
adalah potensi kemampuan untuk berembang.
2.1.2 Jenis-Jenis Bakat Khusus
Setiap individu memiliki bakat khusus yang berbeda-beda. Jenis-jenis bakat
khusus biasanya dilakukan berdasarkan bidang apa bakat tersebut berfungsi, seperti bakat olahraga, seni, teknik dan sebagainya. Dengan demikian, bakat khusus ini bergantung pada konteks kebudayaan tempat seorang individu hidup dan dibesarkan. Faktor pengalaman atau lingkungan sangat mempengaruhi perkembangan bakat khusus ini.
khusus biasanya dilakukan berdasarkan bidang apa bakat tersebut berfungsi, seperti bakat olahraga, seni, teknik dan sebagainya. Dengan demikian, bakat khusus ini bergantung pada konteks kebudayaan tempat seorang individu hidup dan dibesarkan. Faktor pengalaman atau lingkungan sangat mempengaruhi perkembangan bakat khusus ini.
2.1.3 Faktor yang mempengaruhi
perkembangan bakat khusus
Ada sejumlah
factor yang mempengaruhi perkembangan bakat khusus yang secra garis besar
dikelompokkan menjadi dua yaitu factor internal dan factor eksternal.
Factor internal adalah factor yang berasal dari dalam diri individu, yaitu:
1.
Minat
2.
Motif berprestasi
3.
Penilaian
Selain
penyebab di atas, faktor lain yang menyebabkan bakat anak tetap terpendam
adalah yang berasal dari diri anak sendiri, di antaranya yaitu:
Suatu
bakat tidak akan berkembang dengan baik apabila anak yang bersangkutan tidak
memiliki inters atau minat terhadap bakatnya. Misalnya saja, anak dengan bakat
matematika, bakatnya tidak akan berkembang tanpa adanya ketertarikan atau minat
sang anak terhadap hitung-hitungan. Anak dengan bakat musik tidak akan berkembang
tanpa ia memiliki ketertarikan terhadap irama dan nada.
Apabila
hal ini terjadi, maka orangtua perlu memberikan dorongan yang lebih pada anak
agar bakat anak bisa terasah secara optimal. Kalau tidak mendapat dukungan dari
orangtua atau dibangkitkan minatnya, bakat yang dimiliki anak tidak akan
berkembang. Bisa saja anak tersebut agak lambat untuk mengembangkan
kemampuannya, terutama ketika menyadari bahwa ia mempunyai bakat dalam bidang
tertentu.
2. Motivasi
Selain
minat, bakat juga dipengaruhi oleh motivasi. Bakat anak kurang berkembang atau
tidak menonjol apabila ia tidak memiliki motivasi atau dorongan dari dalam
dirinya sendiri untuk mengembangkan bakatnya tersebut.
Motivasi
berhubungan dengan kuatnya daya juang anak untuk mencapai suatu sasaran tertentu.
Jika kurang motivasi untuk menjadi olahragawan, maka seorang anak dengan bakat
sepakbola, menghadapi rintangan kecil saja dalam belajar sepakbola akan
menghilangkan semangatnya berlatih.
3. Value atau
penilaian
Value
adalah bagaimana seorang anak memberi arti atau penilaian terhadap bidang bakat
yang dimilikinya. Meskipun anak mengetahui bahwa ia memiliki suatu bakat di
bidang tertentu, jika ia menganggap bakat tersebut kurang bernilai atau bahkan
negatif dalam pandangannya, maka hal ini juga akan menghambat perkembangan
bakatnya. Misalnya bakat anak dalam olahraga catur, jika anak memberi nilai
negatif pada bakat ini atau menganggap bahwa menjadi atlet catur tidak begitu
membanggakan, kurang terkenal dibanding bakat menyanyi, dan penilaian negatif lainnya
maka bakat anak di bidang catur tersebut akan tetap terpendam.
Jadi
bisa disimpulkan bahwa meskipun bakat adalah suatu berkah yang dibawa seseorang
dari lahir, bakat tersebut tidak memberi manfaat besar baginya selama anak yang
bersangkutan tidak menghendaki bakat tersebut. Dalam hal ini diperlukan
bimbingan, dan dorongan atau dukungan dari lingkungan, baik orangtua secara
khusus dan masyarakat pada umumnya.
Adapun faktor eksternal adalah faktor-faktor yang
berasal dari lingkungan individu tumbuh dan berkembang. Faktor – faktor
tersebut adalah :
1.
Kesempatan maksimal untuk mengembangkan diri
2.
Sarana dan prasarana
3.
Dukungan dari orangtua
4.
Lingkungan tempat tinggal
5.
Pola asuh orangtua
2.1.4 Permasalahan yang dihadapi dalam perkembangan bakat khusus
1.
Anak tidak menyadari bakat yang dimiliki
didalam dirinya.
2.
Adanya faktor penghambat bakat si anak
tersebut untuk dapat berkembang.
3.
Kurangnya rasa percaya diri didalam diri
anak tersebut akan bakat yang dimilikinya.
4.
Kurangnya fasilitas pendukung untuk
mengembangkan bakat anak tersebut.
5.
Tidak adanya dukungan dalam aspek
finansial
2.1.5 Contoh Permasalahan dan Solusinya
a. Contoh Masalah
Seorang anak yang memiliki bakat dalam hal melukis yang sangat luar biasa.
Namun, baik dari orang tua atau lingkungan sekitarnya hal tersebut tidak pernah
dihargai karena di anggap bakat tersebut tidak menjanjikan bagi kelanjutan
kehidupannya. Sehingga, anak tersebut tidak pernah menyadari kalau bakatnya
tersebut akan sangat dihargai.
Solusi :
Hal itu menjadi penghambat dalam hal
pengembangan bakat anak. Sehingga, terkadang anak tersebut akan berhenti untuk
meneruskan bakatnya. Dalam masalah ini, faktor yang sangat menentukan untuk
pengembangan bakat tersebut adalah dorongan dari dalam diri sendiri. Anak harus
mampu memotivasi dirinya untuk terus mengembangkan bakat yang dia punyai.
Faktor lain adalah faktor dari luar atau dukungan dari orang lain yang dapat
memotivasi kembali anak tersebut.
2.2 Perkembangan Sikap
2.2.1 Pengertian Perkembangan Sikap
Fishbein (1975)
mendefenisikan sikap adalah predisposisi emosional yang dipelajari untuk
merespon secara konsisten terhadap suatu objek. Sikap merupakan variabel laten
yang mendasari, mengarahkan dan mempengaruhi perilaku. Sikap tidak identik
dengan respons dalam bentuk perilaku, tidak dapat diamati secara langsung
tetapi dapat disimpulkan dari konsistensi perilaku yang dapat diamati. Secara
operasional, sikap dapat diekspresikan dalam bentuk kata-kata atau tindakan
yang merupakan respons reaksi dari sikapnya terhadap objek, baik berupa orang,
peristiwa, atau situasi.
Menurut
Chaplin (1981) dalam Dictionary of Psychology menyamakan sikap
dengan pendirian. Chaptin menegaskan bahwa sumber dari sikap tersebut bersifat
kultural, familiar, dan personal. Artinya, kita cenderung beranggapan bahwa
sikap-sikap itu akan berlaku dalam suatu kebudayaan tertentu, selaku tempat
individu dibesarkan. Jadi, ada semacam sikap kolektif (collective attitude)
yang menjadi stereotipe sikap kelompok budaya masyarakat tertentu. Sebagian
besar dari sikap itu berlangsung dari generasi ke generasi di dalam struktur
keluarga. Akan tetapi, beberapa darin tingkah laku individu juga berkembang
selaku orang dewasa berdasarkan pengalaman individu itu sendiri. Para ahli
psikologi sosial bahkan percaya bahwa sumber-sumber penting dari sikap individu
adalah propaganda dan sugesti dari penguasa-penguasa, lembaga pendidikan, dan
lembaga-lembaga lainnya yang secara sengaja diprogram untuk mempengaruhi sikap
dan perilaku individu.
Stephen R. Covey mengemukakan
tiga teori determinisme yang diterima secara luas, baik sendiri-sendiri maupun
kombinasi, untuk menjelaskan sikap manusia, yaitu:
1. Determinisme genetis (genetic determinism):
berpandangan bahwa sikap individu diturunkan oleh sikap kakek-neneknya. Itulah
sebabnya, seseorang memiliki sikap dan tabiat seperti sikap dan tabiat nenek
moyangnya.
2. Determinisme psikis (psychic determinism):
berpandangan bahwa sikap individu merupakan hasil pelakuan, pola asuh, atau
pendidikan orang tua yang diberikan kepada anaknya.
3. Determinism lingkungan (environmental determinism):
berpandangan bahwa perkembangan sikap seseorang sangat dipengaruhi oleh
lingkungan individu itu tinggal dan bagaimana lingkungan memperlakukan individu
tersebut. Bagaimana atasan/pimpinan memperlakukan kita, bagaimana pasangankita
memperlakukan kita, situasi ekonomi, atau kebijakan-kebijakan pemerintah,
semuanya membentuk perkembangan sikap individu.
Berdasarkan arti dari sikap yang dikemukakan para ahli dapat ditarik
kesimpulan:
Sikap merupakan salah satu aspek psikologi individu
yang sangat penting karena sikap merupakan kecenderungan untuk berperilaku
sehingga akan banyak mewarnai perilaku seseorang. Sikap setiap orang berbeda
atau bervariasi, baik kualitas maupun jenisnya sehingga perilaku individu
menjadi bervariasi. Pentingnya aspek sikap dalam kehidupan individu, mendorong
para psikolog untuk mengembangkan teknik dan instrumen untuk mengukur sikap
manusia. Beberapa tipe skala sikap telah dikembangkan untuk mengukur sikap individu,
kelompok, maupun massa untuk mengukur pendapat umum sebagai dasar penafsiran
dan penilaian sikap.
2.2.2 Cara Mengembangkan Sikap Positif pada Anak
Sebagai orangtua,
kita perlu mendidik anak secara baik agar tumbuh menjadi aktif, cerdas, dan
memiliki masa depan cemerlang. Karena itu, Anda perlu simak pemaparan
berikut ini guna membantu anak agar lebih aktif, penuh perhatian, bertanggung
jawab, dan lebih terorganisir.
Cara Mengembangkan Sikap Positif pada Anak
1. Mintalah
bantuan kepadanya
Sesekali, Anda perlu
memberi kesempatan kepada anak untuk membantu atau membiarkan dia membereskan
mainannya sendiri. Hal ini dapat meningkatkan rasa tanggung jawab pada diri
anak.
2. Ajak anak
fokus pada satu hal
Ketika minta anak untuk
membereskan mainan yang berantakan, Anda perlu mematikan televisi terlebih
dulu. Hal ini bermanfaat membuat anak fokus pada satu pekerjaan.
3. Disiplin pada
kebersihan
Anda perlu mengajak anak
menyikat gigi dua kali dalam satu hari. Anda harus melakukan hal ini secara
rutin agar kelak anak terbiasa.
4.
Bermain bersama anak
Anda bisa mengisi hari
libur dengan bermain bersama anak. Selain bermain, Anda juga bisa mengajak anak
untuk olahraga bersama.
5. Hindari
keluhan dan amarah
Sebagai orangtua, Anda
perlu bersikap lebih tegas kepada anak. Selain itu, jadilah orangtua yang
menyenangkan agar anak mau mendengarkan nasihat Anda.
Sekedar tambahan, cara membangun
sikap positif pada diri anak adalah dengan menghargai anak itu sebagai seorang
pribadi. Cara ini dapat memperkuat tingkah lakunya yang baik. Anak-anak
memerlukan lebih banyak dorongan untuk melakukan perbuatan positif, bukan
kritikan terhadap perbuatan yang negatif. Anak-anak perlu ditolong supaya tahu
apa yang benar, jika melakukan kesalahan (kenakalan anak) kita tunjukkan bagaimana
seharusnya yang benar untuk dilakukan. Pujian dan dukungan semangat
sangat efektif dalam
mendorong anak- anak untuk melakukan apa yang benar.
2.2.3 Permasalahan dalam perkembangan sikap
- Lingkungan Pergaulan
2.
Lingkungan Masyarakat
3.
Teknologi
2.2.4 Contoh dari permasalahan perkembangan sikap
Seorang anak yang sering dibully
dilingkungan tempat tinggalnya ataupun lingkungan sekolah, yang pada awalnya
memiliki sikap yang tidak pemalu dan bahkan cenderung aktif akan berubah
drastis menjadi anak yang pemalu dan menutup dirinya pada lingkungan sekitar
sehingga hal ini menyebabkan perkembangan dari anak tersebut akan terhambat.
2.2.5 Solusi dari permasalahan perkembangan sikap
Solusi yang bisa dilakukan untuk menghadapi permasalahan ini adalah
dibutuhkannya teman sebagai tempat untuk anak itu bisa mencurahkan masalah yang
dihadapinya dan teman yang bisa menjadi motivasi agar anak itu tidak
menghiraukan hal tersebut. Bahkan, menjadikannya sebagai sebuah kekuatan untuk
lebih baik lagi.
Namun, dari semua itu yang paling
penting adalah dukungan dari orang tua. Dimana, anak tersebut harus terbuka
pada orangtuanya tentang masalah yang tengah dihadapinya tersebut.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Dari
hasil pembahasan diatas dapat disimpulkan sebagai berikut:
Sikap
Fishbein
(1975) mendefenisikan sikap adalah predisposisi emosional yang dipelajari untuk
merespon secara konsisten terhadap suatu
objek.
Dalam
konteksnya hubungan antara nilai, moral, dan sikap adalah jika ketiganya sudah
menyatu dalam superego dan seseorang yang telah mampu mengembangkan superegonya
dengan baik, sikapnya akan cenderung didasarkan atas nilai-nilai luhur dan
aturan moral tertentu sehingga akan terwujud dalam perilaku yang bermoral.
Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap perkembangan nilai, moral, dan
sikap individu mencakup aspek psikologis, sosial, budaya, dan fisik kebendaan,
baik yang terdapat dalam lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Suatu
sistem sosial yang paling awal beruasaha menumbuhkembangkan sistem nilai,
moral, dan sikap kepada anak adalah keluarga. Melalui proses pendidikan,
pengasuhan, pendampingan, pemerintah, larangan, hadiah, hukuman, dan intervensi
edukatif lainnya, para orang tua menanamkan nilai-nilai luhur, moral, dan sikap
yang baik bagi anak-anaknya agar dapat berkembang menjadi generasi penerus yang
diharapkan.
Bakat khusus
1.Bakat merupakan kemampuan bawaan,sebagai potensi
yang masih perlu dikembangkan dan dilatih agar dapat terwujud.
2.Bakat tidaklah diturunkan semata,tetapi merupakan
interaksi dari faktor keturunan dan faktor lingkungan,artinya dibawa sejak
lahir berupa potensi dan berkembang melalui proses belajar,dan memiliki ciri
khusus.
3.Orang yang berbakat dalam bidang tertentu
diperkirakan akan mampu mencapai prestasi tinggi dalam
bidang itu.jadi prestasi sebagai perwujudan bakat dan kemampuan.
4.Bakat mencakup ciri-ciri lain yang dapat memberi
kondisi atau suasana memungkinkan bakat tersebut terealisasi,termasuk
inteligensi,kepribadian,interes,dan keterampilan khusus.”bakat adalah suatu
kapasitas untuk belajar sesuatu” arti kapasitas adalah potensi kemampuan untuk
berembang.
3.2 Saran
Adapun saran yang dapat kami sampaikan, setelah kami
mengkaji tentang perkembangan sikap dan bakat khusus adalah:
1. orang tua di dalam rumah harus bertanggung jawab untuk
mendidika moral anaknya
2. guru di sekolah juga bertanggungjawab untuk mendidik
moral anak didiknya, tidak hanya sekedar pintar dalam keilmuan tetapi harius
pentar dalam bertindak dan bersikap (berakhlak).
3. masyarakat harus ikut serta mencegah anak yang amoral
dan mendukung anak yang bermoral.
4. Anak harus bisa menyadari bakat yang ada dalam dirinya
Daftar pustaka
1. Yusuf, Syamsu. 2001. Psikologi Perkembangan
Anak dan Remaja.Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
2. Ali, Mohammad dan Asrori, Muhammad, 2006. Psikologi
Remaja. Jakarta: PT Bumi Aksara.
3. Corey, Gerald, 2009, Teori dan Praktek
Konseling dan Psikoterapi, Bandung: PT Refika Aditama.
4. Hurlock, Elizabeth B. 1980, Psikologi
Perkembangan, Jakarta: Erlangga.
5. Panuju, Panut dan Umami, Ida, 1999, Psikologi
Remaja, Yogyakarta: PT Tiara Wacana.
6. Setyoningtyas, Emila, Kamus Trendy Bahasa
Indonesia, Surabaya: Apollo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar